Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan pada April diperkirakan kembali tertekan dengan menorehkan defisit setelah 2 bulan berturut-turut tercatat surplus.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan potensi defisit itu bersumber dari lonjakan impor bahan baku/penolong untuk menggenjot produksi manufaktur menjelang Lebaran.
Akibat faktor musiman itu, BI mengestimasi impor secara keseluruhan dapat meningkat 11%, terakselerasi dari kinerja Maret yang naik 5,4% (month to month) ke US$14,5 miliar.
“Kami di BI terus mengikuti secara umum. Sampai dengan Mei, ekonomi kita baik, tetapi di neraca perdagangan perlu mendapat perhatian karena kelihatan pada bulan April kita bisa kembali defisit,” katanya, Jumat (30/5/2014).
Pada saat yang sama, ekspor diprediksi terkoreksi karena tertekan pelemahan harga dan penurunan permintaan.
Agus menuturkan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan batubara yang menjadi andalan ekspor Indonesia kembali melemah sebagai efek lanjutan dari permintaan China yang turun.