Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Pariwisata Bisa Pangkas Pengangguran Terbuka

Dengan metode penghitungan yang diubah, beberapa waktu yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2014 mencapai 5,7% atau sekitar 7,2 juta orang.
Pagaruyung salah satu obyek wisata Sumbar. Bisa pangkas pengguran terbuka/JIBI
Pagaruyung salah satu obyek wisata Sumbar. Bisa pangkas pengguran terbuka/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Dengan metode penghitungan yang diubah, beberapa waktu yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2014 mencapai 5,7% atau sekitar 7,2 juta orang.

Melihat angka tersebut, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Gde Pitana menilai sektor pariwisata bisa turut andil besar untuk memangkas jumlah TPT kedepannya.

Dalam diskusi bertajuk Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sebagai Solusi Defisit Perdagangan, mengatakan pada 2013,  dia menyebutkan terjadi penyerapan tenaga kerja sekitar 10,18 juta orang. Kondisi ini dinilai masih belum optimal.

Menurut Pitana, jika Indonesia tidak sigap dari sekarang  akan tersusul oleh Vietnam, Malaysia, dan Singapura yang menjadikan pariwisata prioritas utama.

 “Itu sekitar 8,89% dari total tenaga kerja nasional. Bisa lebih banyak, tapi yang jadi pertanyaan maukah kita, pariwisata sebagai prioritas utama dalam pembangunan?” ujarnya, Jumat (9/5/2014).

Dibandingkan dengan negara-negara Asean, lanjutnya, kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja masih rendah. Data dari World Travel & Tourism Council menyebutkan walau memiliki jumlah tenaga kerja pariwisata paling besar (sekitar 9 juta orang), namun share terhadap total tenaga kerja masih kecil yakni 8%.

Lain halnya dengan Malaysia, walaupun hanya memiliki sekitar 2 juta tapi hal sudah mencakup 14% dari total tenaga kerja.

 Menurut Pitana, sektor pariwisata selalu berdampak tidak hanya dalam sektornya sendiri, tapi terhadap banyak sektor lainnya. Dampak langsung bisa kepada pengusaha hotel, guide, restoran, transportasi, industri kreatif, maupun jasa keuangan.

Dampak tak langsung berhubungan dengan karyawan hotel, sopir angkutan umum, pengrajin, seniman, hingga pemerintah lewat pajak.  Selain itu ada pula dampak ikutan, seperti petani sayuran, peternak, penghasil bahan baku kerajinan, dan lain sebagainya.

“Dari BPS Nesparnas [Neraca Satelit Pariwisata Nasional] ontribusi pariwisata terhadap PDB sebesar Rp347,35 triliun atau sekitar 3,8% dari total PDB Nasional,” tuturnya.

Peran pariwisata dinilai masih cukup besar di tengah tekanan krisis ekonomi global yang masih terus berlangsung.

Senada denga Pitana, Peneliti senior Center of Reform on Economic (Core), Mohammad Faisal mengatakan sektor pariwisata tidak akan habis layaknya tambang dan minyak bumi. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu khawatir dengan ketersediaannya.

 “Sektor pariwisata dan industri kreatif itu terus berkembang jika kita terus menggalinya,” katanya.

Selain itu, investasi akan didorong jika pemerintah memprioritaskan sektor pariwisata. Menurutnya, selama ini pariwisata hanya dimasukkan dalam bidang kesejahteraan rakyat, bukan ekonomi.

“Perlu ada pendekatan bisnis. Investor pun juga sebelum investasi akan melihat apa yang sebenarnya diprioritas pemerintah. Itu berkaitan dengan anggaran dan tentunya berimbas pula pada kebutuhan tenaga kerja,” ujarnya.

Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Komunikai dan Informasi, I Gusti Ngurah Putra juga menilai perlu adanya prioritas dari pemerintah. Menurutnya, jika prioritas tersebut ada, tidak menutup kemungkinan sektor pariwisata bisa menjadi pengganti sektor tambang yang dalam triwulan I-2014 mengalami penurunan 0,38%.

“Yang penting itu political will,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper