Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pertanian mengantisipasi lonjakan permintaan bahan pangan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini, sehingga diyakini tidak akan ada gejolak harga dan kelangkaan barang.
Dari estimasi Kementerian Pertanian, disebutkan konsumsi beras akan naik dari 2,75 juta ton pada bulan biasa menjadi 3,02 juta ton sampai 3,3 juta ton, gula dari 0,23 juta menjadi 0,25 juta ton, kedelai dari 177.240 ton menjadi sekitar 194.000 ton dan daging dari sekitar 48.300 ton menjadi kurang lebih 53.100 ton.
“Kami tidak khawatir. Ada cadangan beras nasional (CBN) 500.000 ton, stok beras Bulog 2 juta ton. Jadi khusus untuk beras, tidak ada special effort menjelang bulan puasa dan Lebaran,” kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan, Rabu (7/5/2014).
Sementara itu tanaman pangan lainnya, kata Rusman, ada angka toleransi kenaikan harga oleh pemerintah sebesar 10%.
Meski demikian, dia optimis komoditas seperti daging sapi yang sempat fluktuatif tahun lalu akan stabil tahun ini karena kuota impor telah ditambah sebanyak 50%.
Berdasarkan pada data yang dirilis oleh Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, realisasi tanam padi sampai dengan bulan Juni 2014 mencapai 39,23 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), atau setara 22,81 juta ton beras.
Sampai bulan Juni 2014, diperkirakan kebutuhan sampai bulan Juni 2014 atau memasuki awal bulan puasa, kebutuhan beras mencapai 17,27 juta ton. Setelah dikurangi konsumsi gabah dan tercecer sejumlah 2,863 juta ton, Kementan yakin masih tersedia surplus 36,366 juta ton GKG atau setara sekitar 5,5 juta ton beras.
Untuk jagung, realisasi tanam jagung sampai Juni 2014 mencapai 11,94 juta ton pipilan kering (PK). Setelah dikurangi susut hasil, konsumsi langsung, kebutuhan pakan, benih dan industri sejumlah 6,34 juta ton PK dan masih menyisakan surplus sebanyak 5,59 juta ton PK.
Satu komoditas yang masih mengalami defisit dan berpotensi mengalami kelangkaan atau lonjakan harga adalah kedelai, dimana diperkirakan sampai dengan Juni 2014, produksi kedelai mencapai 373.699 ton biji kering (BK), atau mengalami defisit sebesar 745.810 ton biji kering.