Bisnis.com, JAKARTA -- Posisi utang luar negeri Februari yang naik 7,42% menjadi US$272,1 miliar dinilai masih aman. Posisi utang luar negeri saat ini belum membahayakan ketahanan eksternal Indonesia.
Riset Mandiri Sekuritas menyebutkan beberapa faktor yang mendasari pendapat tersebut.
Pertama, menurut Bank Indonesia, 75% utang luar negeri swasta yang senilai US$141,5 miliar telah dilindung nilai (hedge) untuk mengantisipasi risiko nilai tukar.
Di dalamnya termasuk perusahaan dengan hedging natural alias perusahaan dengan pendapatan dalam valuta asing.
"Di antara utang luar negeri yang belum dilindung nilai, hanya 18% yang berisiko tinggi karena berasal dari kreditur nonafiliasi," kata ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra, Kamis (24/4/2014).
Kedua, rasio utang terhadap produk domestik bruto yang 31% di bawah level konsensus Dana Moneter Internasional (IMF) 40%.
Rasio itu juga lebih rendah dari negara sekelompok (peers), seperti Korea yang 34%, Thailand 37% dan Malaysia 38%.
Ketiga, meskipun rasio utang jangka pendek Februari 2014 terhadap cadangan devisa (ST-FX) naik tipis dari rata-rata 2004-2013, yakni 53,5% versus 53,1%, level itu turun dari posisi akhir 2013 yang 57,1%.
Keempat, sebagian utang luar negeri berasal dari pinjaman perusahaan induk dan afiliasi yang mencapai 35% dari total utang.
"Ini digunakan untuk investasi langsung," kata Aldian.