Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan pengusaha buah Indonesia menjajal pasar Benua Oseania melalui peluncuran pengiriman 1.500 ton buah manggis dalam tiga kali ekspedisi ke Selandia Baru, sekaligus menindaklanjuti nota (MoU) kesepahaman yang telah diteken kedua negara pada November 2013.
“Informasi dari market intelligence KBRI, manggis kita dapat sambutan positif dari konsumen di Auckland,” ujar Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap, Rabu (23/4/2013).
Pembukaan pasar manggis yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Selandia Baru itu dimulai dengan peluncuran dan promosi in store marketing di Auckland, salah satu kawasan terpadat di negara itu.
Selain manggis, dalam MoU itu Indonesia dan Selandia Baru telah menyepakati kerja sama di bidang pembukaan pasar untuk komoditas pertanian dan perkebunan Indonesia, bungkil kelapa sawit (palm kernel expeller/PKE), bawang bombay dan mangga.
Yusni menjelaskan selama ini sudah ada dua negara Asean lain yang telah menjadi pemasok manggis di Selandia Baru, yaitu Thailand dan Malaysia, namun pihaknya optimis manggis dari Indonesia dapat merebut pasar negara-negara tersebut.
Selandia Baru, paparnya, bukan merupakan tujuan ekspor utama Indonesia, namun apabila produk hortikultura Indonesia seperti manggis sudah bisa masuk dan beredar di negara tersebut, maka produk yang lain akan lebih mudah masuk ke pasar negara lainnya.
Hal ini, kata Yusni, disebabkan pasar Selandia Baru yang tergolong sangat ketat untuk produk hortikultura. “Makanya kita masih kena biaya fumigasi sebesar NZD400 per pengiriman [atau setara Rp3,9 juta]. Tapi begitu [produknya] masuk, bisa jadi rekam jejak di pasar lain,” ungkapnya.
Namun, dia menutrkan bahwa masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan oleh pengusaha untuk merebut pasar internasional, yaitu soal kemasan atau tampilan buah yang kurang menarik.
Untuk itu, dia juga meminta kepada Badan Litbang (Balitbang) Kementan untuk mengembangkan varietas yang lebih menarik.