Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menawarkan tax holiday selama 15 tahun kepada calon investor kilang Bontang agar tertarik untuk menggelontorkan dananya membangun proyek senilai US$90 miliar tersebut.
Tak hanya itu, pemerintah juga menawarkan tax allowance serta telah menyediakan lahan seluas 900 hektar di Bontang, Kalimantan Timur. Proses penjaringan investor sebenarnya /telah dilakukan saat ada market consultation di Singapura beberapa waktu lalu.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Edy Hermantoro mengatakan pihaknya telah membahas soal desain bentuk kerja sama proyek tersebut bersama dengan Kementerian Keuangan.
“Salah satunya tentang [penyediaan] tanah. Pasalnya, mencari tanah itu sangat-sangat sulit,” katanya seperti dikutip dari situs resmi Ditjen Migas, Selasa (15/4/2014).
Namun, khusus soal pasokan bahan baku, pemerintah telah memperoleh kepastian pasokan minyak mentah dari Irak yang penandatanganan kerja samanya akan dilakukan dalam waktu dekat.
Hanya saja, jelas Edy, soal konfigurasi kilang nantinya diserahkan kepada investor dengan produk yang dihasilkan berupa bensin, solar, avtur dan petrokimia. Penggunaan teknologi pun murni menjadi keputusan para investor, misalnya menggunakan teknologi Perancis atau Amerika Serikat.
Menurutnya, realisasi pembangunan kilang sepertinya bakal tercapai. Pasalnya, investor sudah banyak yang tertarik mengingat pembeli (off taker) sudah jelas, yakni dalam negeri yang akan mengambil hasil proses kilang tersebut.
Dia mengatakan Indonesia perlu membangun kilang untuk mengurangi ketergantungan impor BBM sehingga dapat menghemat devisa negara dan menjaga stabilitas nilai tukar serta memacu pertumbuhan industri domestik dan pasar tenaga kerja.
Berdasarkan catatan Bisnis, kapasitas kilang Indonesia saat ini mencapai 1,1157 juta barel per hari (barel oil per day/BOPD). Namun, produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649.000 BOPD.
Padahal, kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,257 juta barel per hari sehingga terjadi defisit 608.000 BOPD. Untuk itu, Indonesia perlu memiliki 2 kilang minyak baru yang masing-masing berkapasitas 300.000 BOPD.
Kementerian ESDM memprediksi pada 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta BOPD dengan produksi minyak yang bisa diolah di dalam negeri sebesar 719.000 BOPD. Hanya saja, pada tahun tersebut, kebutuhan BBM diperkirakan mencapai 1,359 BOPD sehingga masih terjadi defisit sekitar 640.000 BOPD.
Prediksi lainnya, pada 2025, kapasitas kilang diperkirakan mencapai 2,067 juta BOPD, tetapi produksi minyak yang dapat diolah di dalam negeri sekitar 1,384 juta BOPD. Pada tahun tersebut, konsumsi BBM diprediksi mencapai 2,012 juta BOPD sehingga tetap saja ada defisit sekitar 628 juta BOPD.