Bisnis.com, BANDUNG—Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) minta pemerintah memberikan perlindungan kepada para peternak susu (sapi perah) lokal dengan membatasi impor susu.
Ketua GKSI Dedi Setiadi mengatakan selama ini kurangnya perlindungan memaksa peternak susu menjual sapi perah untuk dijadikan pedaging.
"Kondisi ini lantas memicu pemerintah untuk makin memperbesar keran impor susu," keluhnya kepada Bisnis.com, Minggu (6/4/2014).
GKSI mengkaui pemerintah kini harus impor susu secara besar karena kontribusi nasional sedang menyusut hingga 18%-25% dari biasanya.
"Namun di samping impor susu, pemerintah juga harus membuat kebijakan untuk melindungi peternak untuk membatasi impor ke depannya,” katanya
Dedi menjelaskan produksi susu dalam negeri lebih bagus dibanding impor yang berbentuk skim. Bahkan bila produktivitas didukung penuh oleh pemerintah target swasembada susu dalam negeri pada 2020 akan tercapai.
Kebijakan melindungi peternak pun harus mencakup penyediakan lahan ternak dan penggenjotan bibit sapi perah karena persoalan itu hingga saat ini masih belum terpecahkan baik di tingkat peternak atau pemerintah.
“Selama ini tidak ada aturan yang membatasi impor susu, tidak seperti daging sapi yang ada pembatasannnya. Kalau persoalan itu bisa diatasi, kami optimistis ketergantungan impor susu bisa dikurangi,” ujarnya.
Dedi meyakini peternak pu siap menggenjot produktivitas susu mereka dengan sendirinya.
“Bila tidak ada sentuhan dari pemerintah bagaimana peternak bisa meningkatkan produktivitas?”
GKSI mencatat kontribusi susu nasional pada 2013 hanya 18% atau 1,5 juta ton, jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa menembus 25%.
Kelompok Peternak Mitra Jaya Mukti Kabupaten Tasikmalaya mengaku tidak bisa meningkatkan produksi susu akibat kurangnya perhatian pemerintah.
Ketua Kelompok Peternak Mitra Jaya Mukti Kabupaten Tasikmalaya mengatakan produksi susu satu ekor sapi di kawasan itu hanya mencapai 10 liter per hari.
“Kami satu kelompok memiliki 30 ekor sapi yang mampu menghasilkan rata-rata 300 liter per hari,” ujarnya.