Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian memprediksi hanya empat sampai lima investor dari total 40 investor yang bakal mengikuti tender dalam pembangunan kilang minyak di Indonesia.
Prediksi itu berdasarkan asumsi bahwa tidak banyak perusahaan yang mampu menghasilkan minyak mentah sesuai keinginan pemerintah dengan kapasitas 300.000 barel per hari.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan tidak mudah untuk membangun kilang minyak di Indonesia, terutama jika melihat sisi investasi yang cukup besar sekitar US$9 miliar-US$10 miliar.
“Bagus-bagus saja kalau ada 30-40 investor yang menyanggupi [membangun kilang minyak]. Tapi saya menyangsikan, naluri bisnis saya paling yang masuk kualifikasi hanya empat sampai lima investor,” ujar Hidayat, Selasa (25/3/2014).
Meski banyak investor berkeinginan membangun kilang di Tanah Air, Hidayat menyangsikan kemampuan mereka dalam memenuhi kriteria yang diinginkan pemerintah yakni dengan kapasitas 300.000 barel per hari dan investor harus menjamin suplai minyak mentah selama 30 tahun.
“Saya yakin tidak banyak yang punya kemampuan itu,” terangnya.
Dia mengatakan calon investor akan berpikir ulang jika harus memenuhi kapasitas minyak mentah di Tanah Air.
Menurutnya, perusahaan yang masuk dalam kualifikasi dan mampu memenuhi pasokan minyak mentah domestik akan mudah dikenali.
“Sumber minyak mentah [300.000 barel per hari] yang bisa suplai sampai 30 tahun dengan mudah bisa dikenali [perusahaannya],” ujar Hidayat.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan dan Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral beberapa waktu lalu menggelar roadshow ke Singapura untuk mencari investor pembangunan kilang minyak di Indonesia.
Hasil dari pencarian investor tersebut, rencananya pemerintah akan mengundang 40 investor yang berminat untuk meninjau lokasi di mana kilang akan dibangun pada akhir Maret 2014 ini.
Rencananya kilang ini akan dibangun di atas lahan seluas 1.000 hektar (ha) di Bontang, Kalimantan Timur. Lahan tersebut merupakan milik PT Pertamina (Persero).