Bisnis.com, JAKARTA - Segala sektor penunjang Sitem Logistik Nasional harus mendapat percepatan jelang Asean Economic Community (AEC) 2015, terutama pada pembentukan Badan Logistik Nasional yang merupakan mandat dalam Sislognas.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iskandar Zulkarnain mengatakan yang perlu dibenahi saat ini adalah program-program yang tertera dalam Sislognas mesti mendapat percepatan,termasuk pembentukan Badan Logistik Nasional.
Badan yang merupakan amanat dalam Sislognasi nantinya akan menjadi mengsingkronisasi segala program yang tertera dalam Sislognas. Iskandar mengatakan, Sislognas harus mendapat pengawasan sehingga dapat berjalan dengan benar dan cepat.
"Maka kami minta pemerintah segera bentuk lah itu, demi perlogistikan Indonesia yang 2015 sudah memasuki era liberalisasi," ungkap Iskandar di sela-sela acara Musyawarah Nasional (Munas) ALFI, Senin (17/3/2014).
Menurutnya, banyak persoalan yang sedang dihadapi industri logistik seperti infrastruktur penunjang logistik yang buruk sehingga biaya logistik di dalam negeri masih cenderung mahal. Kondisi ini diperparah dengan tren kenaikan tarif-tarif kepelabuhanan maupun kebandaraudaraan.
Selain itu, persoalan logistik lainnya adalah aturan perundang-undangan di bidang logistik yang masih harus disempurnakan, pelaksanaan Sislognas yang berjalan lambat, persoalan stimulus fiskal dan moneter bagi usaha logistik yang belum setara seperti negara lainnya hingga masalah kian mendominasinya BUMN penunjang logsitik yang mengancam kelangsuangan usaha swatsa.
Data Kementerian Perindustrian (Kemenpernin) menyebutkan biaya logistik Indonesia masih tinggi. Posris biaya logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada sektor industri maupun ekonomi secara keseluruhan. Rasio biaya logistik sektor industri terhadap PDB sebesar 61,1% sedangkan rasio biaya logistik secara keseluruhan terhadap PDB sebesar 23,6%.
Rasio biaya logistik terhadap total input maupun terhadap biaya produksi untuk sektor ekonomi besar 22,2%, sedangkan untuk sektor industri lebih tinggi sebesar 22,8%. Porsi biaya logistik pada produk yang ditanggung konsumen masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara lain.
Perbandingan biaya logistik terhadap PDB dengan beberapa negara, Indonesia masih cukup tinggi 23,60% biaya logistik terhadap PDB, dibanding Amerika Serikat dengan 9,90% biaya logistik terhadap PDB, Jepang 10,60% biaya logistik terhadap PDB, Korea Selatan 16,30% biaya logistik terhadap PDB.