Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2014 senilai US$430,6 juta sudah menjadi pola musiman, karena pada awal tahun cukup banyak peninjauan jual beli produk andalan ekspor Indonesia.
Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo mengungkapkan produk andalan ekspor Indonesia khususnya batu bara dan kelapa sawit, banyak meninjau perjanjian jual beli hingga tahun depan, sehingga diperlukan negosiasi dan finalisasi perjanjian.
“Ini pola musiman. Kita harapkan pada kuartal I/2014 bisa surplus kembali,” ungkapnya, Senin (3/3/2014).
Di sisi lain, kinerja neraca perdagangan tersebut dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang menurun dan defisit neraca perdagangan migas yang meningkat.
Surplus neraca perdagangan nonmigas menurun dari US$2,32 miliar pada Desember 2013 menjadi US$0,63 miliar, dipengaruhi ekspor nonmigas yang terkontraksi 11,60% (mtm) dan impor nonmigas yang meningkat 1,13% (mtm).
Agus mengungkapkan dengan UU Minerba (Mineral dan Batu Bara), di mana minerba mentah tidak boleh diekspor. Namun, melalui relaksasi pemerintah, kalau sudah dimurnikan dengan relaksasi tertentu boleh ekspor tetapi akan dikenakan bea keluar.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas Januari 2014 yang meningkat dari US$0,81 miliar di Desember 2013 menjadi US$1,06 miliar, disebabkan ekspor migas yang turun tajam 26,69% (mtm), akibat gangguan produksi terkait cuaca buruk, meskipun impor migas juga turun 15,81% (mtm) akibat penurunan impor hasil minyak sebesar 14,90% (mtm) dan minyak mentah 16,13% (mtm).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengungkapkan defisit neraca perdagangan Januari 2014 terutama dipengaruhi kontraksi pertumbuhan ekspor komoditas nonmigas utama yang berbasis sumber daya alam, sedangkan ekspor manufaktur masih dalam tren meningkat.
Ekspor batu bara dan minyak nabati (pangsa 26,7% dari total ekspor nonmigas) mengalami penurunan antara lain sesuai pola musiman dipengaruhi masih berlangsungnya proses negosiasi kontrak baru di tiap awal tahun.
Ekspor bijih, kerak, dan abu logam (pangsa 2,43% dari total ekspor nonmigas), seperti tembaga dan nikel, juga menurun sebagai dampak implementasi UU Minerba.
Sementara itu, ekspor produk manufaktur sebagian tetap menunjukkan kinerja positif, seperti mesin/pesawat mekanik, produk kimia, pakaian jadi, dan barang-barang rajutan (pangsa 13,8% dari total ekspor nonmigas) yang masing-masing meningkat 31,92% (mtm), 1,43% (mtm), 3,41% (mtm), dan 0,38% (mtm).
Bank Indonesia menilai defisit neraca perdagangan Januari 2014 masih sesuai pola musiman sehingga ke depan diperkirakan kembali membaik.
“Bank Indonesia masih berkeyakinan defisit transaksi berjalan keseluruhan 2014 dapat ditekan di bawah 3% dari PDB,” ungkapnya.
Tirta mengungkapkan prospek surplus neraca perdagangan didorong oleh faktor perkiraan membaiknya permintaan negara maju dan kembali meningkatnya ekspor produk tambang mineral pasca-tercapainya kesepakatan penerapan UU Minerba, serta tetap terkendalinya impor.