Bisnis.com, JAKARTA -- Surplus neraca perdagangan Januari 2014 diperkirakan hanya US$805 juta, menciut dari performa bulan sebelumnya yang US$1,52 miliar, karena tekanan pada ekspor nonmigas.
Kepala Ekonom Bank Danamon Indonesia Tbk Anton H. Gunawan memperkirakan akan ada sedikit penurunan ekspor secara bulanan meskipun performanya lebih baik dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Lonjakan pengapalan mineral mentah masih terlihat pada paruh pertama Januari sebelum dilarang mulai paruh kedua. Namun, pada saat yang sama, ada penurunan berarti nilai ekspor CPO karena pasokan yang melimpah di negara produsen, seperti Indonesia, Malaysia, Brasil dan Paraguay.
Di sisi impor, penurunan berlanjut seiring moderasi aktivitas ekonomi, baik secara musiman maupun karena pengaruh nilai tukar rupiah yang melemah.
“Dengan ekspor yang turun, tetapi impor turun lebih banyak, kami memperkirakan surplus perdagangan yang lebih sedikit, sekitar US$805 juta,” kata Anton, Minggu (2/3/2014).
Sementara itu, pelemahan ekonomi di China memicu kekhawatiran akan permintaan sehingga harga komoditas tercatat menurun sepanjang Januari.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sebelumnya melaporkan ekspor CPO dan turunannya hanya 1,57 juta ton pada bulan pertama tahun ini atau turun 22,5% dari posisi Desember 2013 yang mencapai 2,02 juta ton.
Adapun harga rata-rata CPO Januari 2014 tertekan dan mengalami penurunan sekitar 5% menjadi US$865 dari US$909,6 per ton bulan sebelumnya. Harga hingga pertengahan Februari tercatat bergerak di kisaran US$860-US$925 per ton.