Bisnis.com, SAMARINDA - Provinsi Kalimantan Timur diproyeksi masih defisit daging sapit hingga 2018, apabila tidak ada upaya khusus yang dilakukan pemerintah daerah.
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Awang Faroek mengatakan untuk kedelai, Kaltim masih perlu melakukan kajian-kajian mendalam.
“Sedangkan daging sapi, kaltim masih defisit karena diperkirakan daerah ini baru mampu memenuhi kebutuhan daging ruminansia 53 %, daging sapi hanya mampu terwujud 40%," katanya dalam sambutan Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan dan Penyuluhan se-Kaltim dan Kaltara, Selasa (28/1/2014).
Untuk kondisi pemenuhan pangan yang berbasis lokal daerah saat ini, Kaltim baru memenuhi beras 95,48%, dan jagung 71,53%. Adapun ketersediaan ubi kayu mencapai 268,98%.
Demikian pula ketersedian ikan. Bahkan, tingkat konsumsi ikan 2012 mencapai 52 kilogram per kapita per tahun. Capaian ini sudah jauh di atas target yang hanya 26 kilogram per kapita per tahun.
"Pemerintah provinsi perlu memenuhi kebutuhan daging sapi dengan langkah terobosan yaitu program 2.000.000 ekor sapi. Perwujudannya antara perpaduan pengembangan perkebunan sawit, yang diharapkan dapat menyumbang 75% dari jumlah target, sedangkan 25% sisanya adalah program CSR, APBD Kaltim, BPD Kaltim dan BNI," jelas Awang.
Gubernur Kaltim berharap langkah program 2 juta ekor sapi di Kaltim segera terealisasi pada 2014 dan seterusnya. Namun, program peternakan sapi ini tidak mudah karena terkendala kondisi dan etos kerja petani, keterkaitan lahan, produktivitas produksi per hektar dan kondisi kesejahteraan petani.
Kondisi ketersediaan pangan Kaltim saat ini, masih tergantung cukup besar dari impor dan perdagangan antar pulau. Kondisi ini, rawan bila tidak memiliki kemandirian yang berbasis pada dukungan sumber daya lokal. Menurut data BPS 2007 sebesar 47,10%, pada 2011 menjadi 62,08%, sementara jumlah penduduk tahan pangan mengalami penurunan dari 52,90% menjadi 37,92%. (K26)