Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Teken CSPA dengan Indosmelt

PT Freeport Indonesia menandatangani kesepakatan perjanjian bersyarat soal jual beli (Condition Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan PT Indosmelt untuk konsentrat tembaga dengan kadar 20%.
 Area Tambang Freeport/Antara
Area Tambang Freeport/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia menandatangani kesepakatan perjanjian bersyarat soal jual beli (Condition Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan PT Indosmelt untuk konsentrat tembaga dengan kadar 20%.

Perjanjian itu sebagai bentuk tindak lanjut dari kesepakatan antar kedua pihak pada Agustus 2013. Direktur Utama PTFI Rozik B. Sutjipto mengatakan dengan adanya CSPA ini diharapkan pembangunan pabrik pemurnian yang berlokasi di Maros Sulawesi Selatan dapat berjalan sesuai jadwal. Pasalnya, pemerintah telah menetapkan mulai 2017, hanya mineral yang telah dimurnikan yang diperbolehkan ekspor.

Rozik mengungkapkan perusahaan siap membuka tambang bawah tanah pada 2017, sehingga diperkirakan pasokan konsentrat akan menurun akibat penyesuaian dengan lokasi baru tersebut.

"Menurut hitungan kami, pada 2021 atau 2022, tambang bawah tanah baru akan mencapai kapasitas penuh," katanya, Senin (27/1/2014).

Dia menyarankan agar Indosmelt mempertimbangkan kondisi tersebut bila ingin pabrik pemurnian memproduksi dengan kapasitas penuh. Namun, pihaknya enggan menyampaikan berapa jumlah konsentrat tembaga yang akan dipasok ke Indosmelt.

Padahal, jumlah produksi konsentrat Freeport saat ini mencapai 2,5 juta ton, sedangkan kapasitas produksi pabrik pemurnian Indosmelt mencapai 180.000 ton lempengan tembaga (copper cathoda) yang diperkirakan membutuhkan pasokan konsentrat tembaga hingga 750.000 ton.

Menurutnya, Freeport masih mempertimbangkan 2 pabrik pemurnian lainnya yakni PT Nusantara Smelting Corporation dan PT Indovasi Mineral Indonesia, juga kemungkinan untuk membangun pabrik pemurnian sendiri yang kini tengah dalam tahap studi kelayakan bersama PT Aneka Tambang Tbk.

Direktur Utama Indosmelt Natsir Mansyur mengatakan pihaknya yang paling siap untuk segera membangun pabrik pemurnian copper cathoda. Pasalnya, perusahaan menunjuk konsultan pertambangan dari Australia, Auto-Tech yang dinilai mampu memberikan perhitungan yang lebih efisien.

Dia menargetkan pada Februari atau Maret 2014 untuk memulai peletakan batu pertama (ground breaking) untuk pembangunan pabrik pemurnian tersebut. Perusahaan baru membebaskan lahan seluas 30 hektare dari target awal 100 hektare.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper