Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Hilirisasi, Pemerintah Diharap Tak Lupakan Sektor Hulu

Di tengah meningkatnya gairah untuk mendorong industri hilir pertambangan, pemerintah diharapkan tidak melupakan sektor hulu, agar pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) dapat beroperasi untuk jangka panjang.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah meningkatnya gairah pemerintah untuk mengembangkan industri hilir pertambangan melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah diharapkan tidak melupakan sektor hulu, agar pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) dapat beroperasi untuk jangka panjang.

Pasalnya, kegiatan eksplorasi untuk mencari cadangan-cadangan mineral baru dinilai stagnan sehingga pabrik smelter hanya akan memperoleh pasokan dari cadangan yang ada saat ini.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia (Perhapi) Achmad Ardianto mengingatkan pemerintah harus waspada bila tak memikirkan sektor hulu pertambangan mineral.

Menurutnya, bila pemerintah hanya berfokus soal pembangunan smelter dengan mengandalkan cadangan yang ada dan tidak mencari daerah yang memiliki cadangan baru maka program hilirisasi akan tersendat.

Padahal, jelasnya, kegiatan eksplorasi mineral paling tidak membutuhkan waktu 5-10 tahun. “Bahkan, untuk emas epithermal membutuhkan waktu 15-20 tahun,” katanya, Minggu, (19/1/2014).

Namun, dia memaparkan bahwa pemerintah sebenarnya telah memiliki divisi khusus untuk melakukan kegiatan eksplorasi yang didanai oleh Anggaran Belanja dan PEndapatan Negara (APBN).

Divisi tersebut meliputi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (TekMira), Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) dan Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP).

Ketiga divisi itu berada di bawah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang setiap tahun melaporkan data hasil eksplorasi melalui kolokium.

Namun, berdasarkan Undang-Undang No.4/2009, ESDM mendapatkan kompilasi data eksplorasi selain yang dilakukan oleh Badan Geologi ESDM juga diperoleh dari pelaku tambang.

Dia menilai eksplorasi yang dilakukan melalui Badan Geologi inilah yang diperkirakan stagnan. Selain itu, dia juga mempertanyakan apakah data hasil eksplorasi dilakukan dengan benar

Sementara itu, Mantan Direktur Utama PT. Freeport Indonesia Armando Mahler menilai kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan mineral baru sangat minim dilakukan. Padahal, jelasnya, kegiatan eksplorasi ini untuk mendukung kebijakan hilirisasi jangka panjang.

Menurutnya, bila mengandalkan cadangan yang ada saat ini, maka program hilirisasi hanya bertahan mungkin 20 tahun hingga 30 tahun saja tergantung jumlah cadangan tiap-tiap mineral. “Harus ada eksplorasi mencari cadangan mineral baru untuk mensuplai bahan baku smelter di masa datang,” katanya Sabtu (18/1/2014).

Namun dia mengaku bahwa semua pihak tidak tahu berapa cadangan yang ekonomis untuk ditambang dari bumi, sehingga diperlukan kegiatan eksplorasi. Padahal, bisnis smelter sendiri juga tidak menjanjikan untuk jangka panjang. Pasalnya, belum banyak usaha hilir yang siap menampung produk dari smelter.

Di sisi lain, dia menegaskan tidak memiliki hasrat untuk masuk kembali di bisnis pertambangan. “Susah di bisnis tambang, karena peraturan di negara ini berubah terus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper