Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan dan harga lahan industri di Jabodetabek diprediksi mengalami penyesuaian dalam beberapa tahun ke depan menyusul rencana pengalihan pemanfaatan lahan industri ke Jawa Tengah dan Jawa Timur oleh sejumlah pelaku usaha.
Associate Director Consultancy and Research Knight Frank Hasan Pamudji menyatakan rencana relokasi industri tersebut akan memengaruhi permintaan dan harga lahan industri di Jabodetabek. Walaupun begitu, dia menuturkan pengalihan tersebut baru akan berlangsung secara signifikan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Jangka waktu tersebut, sambungnya, akan disesuaikan dengan persiapan kawasan baru yang dituju. “Butuh waktu 5-10 tahun untuk mendirikan suatu kawasan. Tapi, ada juga yang sudah beralih ke kawasan yang sudah ada dengan tenaga kerja yang lebih murah. Secara masif pengalihan itu belum saat ini,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (14/1/2014).
Dengan rencana pengalihan tersebut, dia mengatakan harga lahan industri yang meningkat hingga 400% sejak 2010 tidak akan terpengaruh signifikan. Kawasan Jabodetabek masih menjadi favorit bagi pengembangan industry. Sebab faktor kedekatan dengan Ibu Kota akan menjadi daya tarik sendiri.
“Harga tidak akan terlalu turun. Walaupun, ke depannya akan memengaruhi, tetapi sekarang belum signifikan,” ujarnya.
Ketidakpastian Kebijakan
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyatakan tidak adanya kepastian kebijakan pemerintah mengenai penetapan upah minimum provinsi (UMP) menjadi latar belakang beralihnya sejumlah investor ke daerah lain. Keadaan itu menyebabkan sejumlah perusahaan industri padat karya (labor intensive industry), seperti tekstil, garmen, alas kaki, mainan anak dan sebagian furnitur telah merencanakan relokasi pabrik.
Menurutnya, proses pengalihan tersebut sudah berlangsung sejak 2012 ketika rata-rata kenaikan UMP di Jabodetabek mencapai 30%. Kondisi tersebut berlanjut pada awal 2013 saat kenaikan standar gaji buruh meningkat pada kisaran 40%-70%.
Dengan kondisi tersebut, dia memproyeksikan akan terjadi pergeseran permintaan lahan industri antar daerah. Di samping itu, besaran harga lahan industri antardaerah akan cenderung stabil dan lebih merata.
“Akan terjadi pergeseran permintaan antardaerah, menyesuaikan dengan competitive advantage dari masing-masing daerah,” ungkapnya.
Konsultan properti Colliers International Indonesia menyatakan sepanjang 2013 penyerapan kawasan industri terus mengalami penurunan akibat turunnya permintaan dan ketersedian lahan yang terbatas. Colliers mencatat pada kuartal I/2013 penyerapan hanya mencapai 243 ha dan menurun pada kuartal II dengan penyerapan 83 ha. Penyerapan kembali menurun pada kuartal III dengan total 79 ha dan pada kuartal terakhir sekitar 45 ha.
Dengan demikian, secara umum penjualan kawasan industri dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada 2011, penjualan mencapai lebih dari 1.200 ha, menurun pada 2012 karena keterbatasan jumlah lahan, dengan luas 650 ha. Sementara itu, pada tahun lalu penjualan kembali turun, yakni 450 ha.