Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin: Jangan Bergantung Impor, Perkuat Industri Perbenihan Hortikultura

Pemerintah harus segera memperkuat sektor hulu atau industri perbenihan hortikultura nasional dengan membuat cetak biru dan grand strategy agar tidak bergantung kepada produk impor.
Kebun Sayur Sekolah/Antara
Kebun Sayur Sekolah/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah harus segera memperkuat sektor hulu atau industri perbenihan hortikultura nasional dengan membuat cetak biru dan grand strategy agar tidak bergantung kepada produk impor.

“Pemerintah belum dapat memastikan mana saja komoditas hortikultura yang harus dikembangkan, mana yang harus diekspor, mana yang harus impor, serta yang diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Karen Tambayong, Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kadin Indonsia, dalam keterangan pers, Rabu (1/1).   

Dia menjelaskan produk hortikultura impor volumenya terus bertambah, sehingga sangat mengkhawatirkan terkait dengan upaya mempertahankan ketahanan pangan nasional.

Karen mengungkapkan izin impor hortikultura pada 2014 mencapai 1,2 juta ton, atau naik hampir empat kali lipat dibandingkan dengan 2013 sebesar 260.000 ton.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyatakan impor hortikultura untuk semester I/2014 sebanyak 600.000 ton masih bisa terkoreksi atau mengalami penurunan karena pelaku usaha banyak yang mengajukan revisi untuk pengurangan impor produk tersebut.

"Ada sebanyak lima perusahaan yang meminta pengurangan alokasi impor dari yang sudah diajukan," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi,  Senin (30/12/2013).

Bachrul mengatakan adanya ketentuan bahwa para pengimpor harus merealisasikan impor sebanyak 80% dari yang sudah disetujui, ada beberapa pelaku usaha meminta penurunan alokasi dari yang sudah diajukan. "Jika tidak bisa merealisasikan sebanyak 80% dari yang sudah disetujui kami akan mencabut izin impornya,"tegasnya.

Menurut Karen Tambayong, hortikultura itu berbeda dengan komoditas perkebunan seperti sawit, kakao, dan tebu.   

"Produk hortikultura memiliki ragam dan jenis yang sangat besar. Selain itu rantai produksinya juga cukup panjang sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam dalam menentukan strategi dan kebijakan di sektor ini," kata Karen.  

Izin impor hortikultura yang naik hampir emapt kali lipat menunjukkan Indonesia belum memiliki strategi, sedangkan negara yang memasukan produknya ke Indonesia tentunya sudah mempersiapkan industrinya secara lebih matang.  

“Dengan strategi yang jelas selain akan mengamankan produk di dalam negeri juga akan meningkatkan kesejahteraan petani. Iklim di dalam negeri seharusnya dapat mendorong pengembangan industri hortikultura di dalam negeri terutama di sektor hulu.”

Namun, sambungnya, industri benih di dalam negeri masih terbatas karena untuk membangunnya membutuhkan investasi besar, ilmunya juga spesifik menggunakan teknologi tinggi, serta ketersediaan sumber plasma nutfah di sektor hortikultura yang terbatas.  

Dia mencontohkan negara-negara di Amerika Latin yang industri hortikulturanya maju pesat setelah membuka investasi untuk sektor ini, sehingga dimungkinkan terjadinya transfer teknologi dan penguatan modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper