Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha berencana mendatangkan sapi siap potong dan sapi bakalan dengan jumlah keseluruhan hingga 150.000 ekor untuk kuartal I/2014.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan jumlah tersebut merupakan total pengajuan pengusaha kepada Kementerian Perdagangan, yang lebih didominasi oleh sapi bakalan.
"Sekitar 130.000 ekor merupakan sapi bakalan, sedangkan sisanya adalah sapi siap potong. Pengajuan kami ini sesuai dengan komposisi yang diatur oleh Kementerian Perdagangan," kata Joni kepada Bisnis, Senin (30/12/2013).
Selain itu, lanjutnya, jumlah tersebut juga mempertimbangkan komposisi ketersediaan sapi hidup di Australia sebagai satu-satunya negara pemasok untuk Indonesia. Terlebih, sebagian besar importir merupakan perusahaan feedloter.
Joni menuturkan pembagian komposisi oleh pemerintah sudah tepat mengingat sapi bakalan lebih dapat memberikan nilai tambah di dalam negeri dibandingkan dengan sapi siap potong. Nantinya, komposisi tersebut bisa digunakan sebagai pembentuk pasokan penyangga nasional.
Dia menjelaskan sapi bakalan membutuhkan waktu penggemukan antara 3-4 bulan agar memenuhi berat badan ideal siap potong yakni sekitar 450 kilogram. Dalam jeda waktu tersebut stok daging sapi di pasaran akan dipasok dari sapi siap potong.
"Sapi siap potong paling hanya membutuhkan waktu pemulihan tubuh sekitar 2-3 pekan. Jelas lebih cepat dibandingkan dengan sapi bakalan," ujarnya.
Ke depan, imbuhnya, sapi bakalan tersebut yang bisa menjadi pasokan penyangga Tanah Air, sehingga tidak perlu lagi mendatangkan sapi siap potong. Namun, pembentukan pasokan penyangga tersebut butuh waktu setidaknya hingga 1 tahun.