Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian Pertanian Kejar Target 2014, Indef Bilang Pemerintah Kurang Tanggap

Pemerintah akan meningkatkan kinerja pertanian terutama komoditas pangan pada 2014, sejalan dengan rencana aksi Bukittinggi yang dicanangkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan meningkatkan kinerja pertanian terutama komoditas pangan pada 2014, sejalan dengan rencana aksi Bukittinggi yang dicanangkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.

Beberapa rencana aksi di sektor pertanian tersebut, terutama pertumbuhan produksi padi yang ditargetkan 8,04%, jagung 12,48%, kedelai 85,0%, gula pasir 22,05%, dan daging sapi 26,19%.

Di sisi lain, khusus komoditas bawang merah dan cabai akan menjadi fokus perhatian pemerintah untuk memacu produksinya agar tidak terjadi lonjakan harga seperti tahun sebelumnya.

Selanjutnya, dari sektor makro pertanian, target indikator yang ingin dicapai pemerintah antara lain pertumbuhan PDB pertanian sebesar 3,75%, penyerapan tenaga kerja pertanian 40,0 juta orang, surplus neraca perdagangan pertanian sebesar US$30,0 miliar dan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) berkisar 110.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan sesuai dengan instruksi Presiden SBY, produksi beras pada 2014 akan mengalami surplus 10,02 juta ton, jagung surplus 6,56 juta ton, gula pasir konsumsi rumah tangga surplus 0,38 juta ton. sedangkan komoditas kedelai dan daging sapi akan tetap defisit masing-masing 0,7 juta ton dan 0,04 juta ton.

“Apabila target tersebut dapat dicapai, maka sebagian besar kebutuhan pangan utama bangsa ini dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, kecuali daging sapi dan kedelai,” jelasnya, Senin (30/12/2013).

Suswono menjelaskan, kondisi ekonomi Indonesia pada 2014 diperkirakan relatif stagnan, pertumbuhan PDB diprediksi sulit meningkat dan inflasi hanya sedikit mengalami penurunan. Neraca perdagangan cenderung mengalami tekanan akibat impor BBM, ekspor minyak sawit dan batu bara juga diperkirakan turun.

Sementara di tataran global, kondisi ekonomi diperkirakan akan membaik yang dicirikan dengan pertumbuhan PDB dunia yang meningkat dari 2,1% pada 2013 menjadi 2,8% pada 2014.

Sementara itu, pengamat pertanian sekaligus Direktur INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Enny Sri Hartati menilai pemerintah kurang tanggap terhadap kondisi pertanian yang ada di lapangan.

Dia menyebutkan sebagian besar pertanian yang ada saat ini masih diusahakan secara tradisional, akibatnya efisiensi dan peningkatan produktifitas tidak terjadi padahal kedua hal ini merupakan kunci untuk mencapai target pemerintah tersebut.

“Justru yang tanggap itu sektor swasta, mereka melakukan pendampingan ke petani, memberikan transfer teknologi mereka seperti sistem pola tanam, hasil riset dan juga cara mengolah tanah yang baik agar produktifitas meningkat, ini yang belum sepenuhnya saya lihat dari pemerintah,” katanya.

Selain itu, dia juga menilai upaya pemerintah meningkatkan surplus neraca perdagangan pertanian ini akan terbentur larangan ekspor produk mentah, padahal sumbangan ekspor pertanian terbesar berasal dari penjualan minya kelapa sawit.

Karena itu, pencapaian target ini tidak akan semudah membalik telapak tangan, harus ada solusi kebijakan guna menyambung mata rantai yang belum terintegrasi tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper