JAKARTA- Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri logam dasar besi dan baja tumbuh 9,8%-10,3% tahun depan.
Secara keseluruhan, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat memperkirakan pertumbuhan industri non migas tahun depan bisa mencapai 6,4%. Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, pertumbuhan industri non migas diprediksi bisa mencapai 6,8%. Adapun untuk industri logam dasar besi dan baja diperkirakan tumbuh lebih rendah diibandingkan dengan 2013.
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri logam dasar besi dan baja pada triwulan I/2013 tumbuh 11,22%. Adapun sepanjang triwulan I-III/2013, pertumbuhan mencapai 10,30% dengan pertumbuhan pada triwulan II/2013 sebesar 12,99%.
Pertumbuhan sepanjang triwulan I-III/2013 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012, yakni hanya 5,70%. Untuk 2014, pemerintah dinilai cukup berani dengan memasang target sekitar 10% atau sama dengan tahun 2013. Tahun 2014 diperkirakan masih menjadi tahun yang kurang menguntungkan bagi industri lantaran banyaknya hambatan dari sis mikro dan makro ekonomi.
“Industri logam dasar besi dan baja, industri makanan dan minuman, industri angkutan akan menjadi penopang. Proyek Krakatau Steel dan Posco sudah diresmikan, itu bisa membantu suplai baja dalam negeri yang selama ini impor,” kata Hidayat di Jakarta.
Hidayat optimis dengan pertumbuhan industri besi dan baja tahun depan lantaran akan ada investasi dari Jepang dan China untuk membangun industri hulu besi dan baja di Indonesia dalam waktu dekat. Rencananya, investasi dari luar negeri akan didorong dilakukan di luar Pulau Jawa. Namun sayang, Hidayat masih enggan membeberkan rencana investasi tersebut.
Bila pemerintah menargetkan pertumbuhan hingga 10%, pelaku bisnis hanya menargetkan pertumbuhan 8%. “Ya mudah-mudahan, tetai perkiraaan kami mungkin hanya 8%,” kata Chariman Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Fadzwar Bujang.
IISIA menargetkan konsumsi baja dan produk baja pada 2020 mencapai 20 juta ton, yakni dengan tren pertumbuhan 8% sejak 2013. Pada 2012, konsumsi baja dan produk baja sekitar 12,5 juta ton per tahun. Dengan prediksi kenaikan 8%, konsumsi baja sampai akhir tahun 2013 mencapai 13,5 juta ton dan konsumsi 2014 14,7 juta ton. Dengan utilisasi saat ini 65%, Indonesia mengimpor baja dan produk baja 6 juta ton.
Namun, tahun depan, impor baja dan produk baja bisa berkurang hingga 2 juta ton, ditopang oleh beroperasi pabrik baja Krakatau Posco.
Pada sisi lain, Fadzwar mengatakan, dengan banyaknya pembangunan infrastruktur, industri dan sebagaianya, maka akan mendorong peningkatan konsumsi baja. Adapun saat ini, peningkatan konsumsi baja dipenuhi dari perusahaan baja dalam negeri dan impor.
Menurutnya, utilisasi industri baja saat ini baru mencapai 60%. Bila utilisasi bisa dinaikan menjadi 85%, tentu dapat mengurangi porsi impor. “Misalnya, pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur dengan menggunakan produk baja lokal,” kata Fadzwar.
Untuk bisa mempertahankan profitabilitas dan meningkatkan utilisasi, pemerintah harus turut membantu. Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan mendorong penggunaan baja lokal dalam proyek-proyek pemerintah, seperti proyek Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau proyek migas.