Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Hortikultura Tahun Ini Terancam Susut

Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) memperkirakan realisasi ekspor produk hortikultura pada 2013 diprediksi menyusut sekitar 4% dibandingkan 2012 yang mencapai 447.645 ton.

Bisnis.com, BANDUNG—  Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) memperkirakan realisasi ekspor produk hortikultura pada 2013 diprediksi menyusut sekitar 4% dibandingkan 2012 yang mencapai 447.645 ton.

Ketua AESBI Jhony Hasan mengemukakan skala produksi sayur dan buah kualitas ekspor masih sangat kecil dan belum memiliki kawasan pertanian khusus, sehingga hasil produksi masih terbatas.

"Kami berusaha mendorong ekspor produk hortikultura dengan memperbanyak juga varian komoditas unggulannya, dengan harapan memperluas pasar dan memperbanyak kapasitas ekspor," katanya kepada Bisnis, Jumat (13/12/2013).

Dia menjelaskan skala ekspor yang belum besar membuat transaksi ekspor juga tidak ada penaikan yang signifikan, meskipun sebenarnya diuntungkan dengan kondisi penguatan dolar AS.

"Seharusnya eksportir bisa mendulang untung besar, namun pasokan dari petani ternyata kurang akibat anomali cuaca yang mengganggu produksi hortikultura lokal."

AESBI mengungkapkan persaingan produk sayur dan buah sangat ketat, salah satunya harus bersaing dengan produk asal Malaysia yang memiliki kualitas baik.

"Supermarket terkadang mengambil barang lokal kita hanya karena ingin melengkapi varian," ungkapnya.

Sementara itu, Manajer Research and Development PT Alamanda Sejati Utama Agus Edi Wahluya mengemukakan pihaknya berupaya mengatasi anomali cuaca bersama petani dengan menerapkan teknologi sederhana, namun penyusutan produksi tetap tidak bisa dihindari.

“Kami sudah meminta petani untuk merawat tanaman agar tidak rusak. Akan tetapi, anomali cuaca yang terus menerus membuat buah tetap ada yang rusak,” katanya.

Meski demikian, ujarnya, perawatan yang telah dilakukan petani sudah cukup lumayan karena beberapa produksi buah ada yang tetap berkualitas sesuai permintaan pasar, meski kuantitasnya menurun.

“Dari segi kualitas, tetap dipertahankan. Akan tetapi, untuk kuantitasnya justru turun karena sulit dikendalikan,” jelasnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama Eksportir asal Cirebon CV Buah Sae Abdul Hadi mengatakan bagi kalangan eksportir depresiasi rupiah terhadap dolar AS mestinya terdampak pada nilai tambah, namun hal itu tidak terjadi saat ini karena volume ekspor buah-buahan turun drastis.

"Penurunan volume ekspor mencapai 30%, akibat anomali cuaca," katanya.

Hadi mengungkapkan selain itu dampak tingginya nilai tukar dolar membuat sejumlah kebutuhan operasional mengalami kenaikan yang otomatis biaya produksi ikut membengkak.

"Keuntungan dari naiknya nilai tukar dolar cukup kecil, kami lebih menginginkan nilai tukar stabil," ujarnya.

Pada perkembangan lain, Bupati Bandung Dadang Naser meminta masyarakat untuk berinisiatif melakukan kegiatan di bidang pertanian mengingat potensi ekonomi di Kabupaten Bandung cukup besar.

“Saya kasih contoh, usaha dalam bidang pengemasan sebuah produk pertanian masih terbuka lebar, jika perlu ada organisasi yang melakukan pelatihan untuk usaha kemasan itu, saya sangat mendukung,” kata Dadang.

Pemberdayaan ekonomi di bidang pertanian, menurutnya juga memiliki peluang yang cukup menguntungkan. Ia mengingatkan, Indonesia sampai sekarang masih mengimpor berbagai jenis buah-buahan dari luar negeri seperti Thailand, China, maupun Australia.

“Indonesia ini negara agraris yang memiliki tanah subur, jenis tanaman apapun bisa tumbuh, tapi kenapa masih saja mengimpor?”.

Menurutnya, Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang berhasil mengelola pertanian dan industri, karena masyarakatnya mau kerja keras dan kerja cerdas dalam mengolah pertanian.

“Sekarang ini tidak cukup bermodalkan kerja keras, tapi juga harus cerdas memanfaatkan peluang dan potensi yang dimiliki,” tambahnya.(k31/k3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper