Bisnis.com, JAKARTA - Upaya penyempitan defisit transaksi berjalan yang tidak kunjung rampung dinilai dapat memperpanjang tren kebijakan uang ketat, sehingga membebani prospek perekonomian Indonesia pada 2014.
Berdasarkan analisis yang dihimpun oleh Hana Bank, pertumbuhan ekonomi RI tahun ini dapat melambat ke level 5,71% sebelum kembali rebound pada kisaran 5,86% tahun depan, ditopang oleh kenaikan konsumsi jelang pemilihan umum.
Kisaran pertumbuhan tersebut tentu masih lebih rendah dibandingkan dengan tren di atas 6% selama beberapa tahun terakhir. Namun, perlambatan tersebut memang perlu terjadi selama proses pemulihan yang dibarengi dengan kenaikan suku bunga acuan BI Rate.
“Gubernur Bank Indonesia [Agus Martowardojo] lebih suka menggunakan instrumen suku bunga untuk memengaruhi sentimen. Sampai kapan [pengetatan] akan berlajut? Tidak ada yang tahu. Namun, trennya untuk tahun depan akan terus seperti itu,” ujar Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk. Anton Gunawan, Kamis (28/11).
Sebelum Lehman Brothers Holdings Inc. bangkrut pada 2008, BI Rate pernah mencapai level 8%. Anton memproyeksi suku bunga acuan akan kembali mengarah ke level tersebut atau bahkan lebih tinggi pada awal 2014 apabila tekanan terhadap rupiah tidak kunjung reda.
Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan hingga 175 basis poin sepanjang tahun ini sebagai respons atas tingginya ekspetasi inflasi akibat reformasi subsidi energi dan upaya untuk menciutkan defisit transaksi berjalan. Suku bunga acuan saat ini adalah 7,5%.