Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia terpaksa menempuh pengetatan moneter untuk mencegah turbulensi ekonomi yang lebih dahsyat pada masa mendatang.
Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara mengatakan sentimen negatif di pasar keuangan akibat defisit transaksi berjalan semestinya diselesaikan melalui kebijakan di sektor riil dan fiskal.
Namun, karena perbaikan sektor riil bersifat jangka panjang, maka bank sentral perlu menerbitkan kebijakan jangka pendek untuk mengerem defisit transaksi berjalan tahun depan.
"Kita tidak bisa menunggu. BI harus melakukan stabilisasi. Kalau tidak, guncangannya akan lebih deras ke depan," katanya, Selasa (26/11/2013).
Mirza menuturkan perbaikan transaksi berjalan sangat mendesak mengingat investasi langsung (FDI) belum dapat mendanai transaksi modal yang tergerus arus investasi portofolio keluar (capital outflow) akibat sentimen tapering The Fed.
Sebagai catatan, transaksi modal kuartal I/2013 defisit US$6,6 miliar dan berlanjut ke kuartal II dan III masing-masing US$2,4 miliar dan US$2,6 miliar.
"Kalau dibiarkan terus, ini akan membahayakan cadangan devisa kita," tuturnya.
Beberapa masalah di sektor riil yang perlu dibereskan, a.l. diversifikasi energi, penghiliran sumber daya alam, dan perbaikan infrastruktur logistik.