Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gandeng Mitra Asing, Asita Bakal Dirikan Maskapai Penerbangan

Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Association of the Indonesia Tour & Travel Agencies/ASITA) berencana untuk mendirikan maskapai penerbangan dalam waktu dekat bekerjasama dengan investor asing.

Bisnis.com, MEDAN - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Association of the Indonesia Tour & Travel Agencies/ASITA) berencana untuk mendirikan maskapai penerbangan dalam waktu dekat bekerjasama dengan investor asing.

Ketua Umum Asita Asnawi Bahar mengatakan modal untuk rencana pendirian maskapai penerbangan tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan pesawat yang akan dioperasikan oleh airlines.

Nantinya akan dihitung dan dikaji jika sudah melakukan konsultasi dengan berbagai pihak terkait.

Sejak setahun yang lalu, Asnawi mengaku telah berkonsultasi dengan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) dan tokoh-tokoh lain untuk melihat peluang pada bisnis maskapai penerbangan.

Dari konsultasi tersebut, setidaknya terdapat dua alternatif yakni mendirikan penerbangan baru dengan prosedur yang cukup berat.

Alternatif berikutnya menggunakan perusahaan airlines yang telah berdiri dengan mengakuisisi maupun bekerjasama tentu persyaratannya tidak cukup berat.

Permodalan bagi perusahaan airlines yang akan didirikan itu, sambungnya, tidak sulit.

Dengan anggota Asita lebih dari 6.000, nantinya akan dibentuk sebuah perusahaan terbuka dengan masing-masing anggota diwajibkan menjadi pemegang saham.

Perhitungan modal bagi masing-masing anggota akan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

Hal itulah yang masih dalam tahap penghitungan dan pengkajian Asita agar tidak terjadi kesalahan prosedural.

Menurutnya semangat pendirian airlines ini disebabkan oleh sebuah keinginan akibat adanya perilaku perusahaan airlines domestik yang kian tidak memperdulikan biro perjalanan.

"Airlines mulai meninggalkan kami, sebelum kami semakin ditinggalkan, kalau sudah di warung-warung kopi bisa menjual tiket kan susah. Ini jelas tidak ada keinginan kerjasama dengan baik," ungkapnya kepada Bisnis.com, Kamis (21/11/2013).

Selain dengan usaha patungan bersama anggota Asita, pendirian perusahaan airlines ini juga akan dibuka bagi investor asing. Asnawi mengungkapkan skema yang akan ditawarkan untuk permodalan berupa Penanaman Modal Asing (PMA).

Pendirian airlines ini, kata dia, dimaksudkan untuk menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan pada 2015 mendatang.

Ditargetkan pada 2014 mendatang perusahaan airlines ini sudah dapat beroperasi.

Dengan latar belakang Asita sebagai sebuah organisasi nirlaba, pihaknya akan mempersiapkan badan hukum pendirian airlines dalam waktu 1-2 bulan mendatang.

Setelah itu akan dilanjutkan dengan konsultasi dengan Kementerian Perhubungan.

Dia berharap pemerintah dapat memberikan kemudahan terutama pada sisi proses perizinan.

Pasalnya, Asita menargetkan dengan pendirian airlines ini diharapkan akan terjadi penambahan wisatawan mancanegara yang lebih signifikan.

"Kami akan kejar target penambahan wisatawan, sit kapasitas terbatas. Kami ingin kalau memang memungkinkan agar sit kapasitas inbound lebih banyak, " paparnya.

Solahuddin Nasution, Ketua DPD Asita Sumatra Utara, mengatakan gagasan untuk mendirikan maskapai penerbangan muncul beberapa waktu sebelum pelaksanaan Rapat Kerja Nasional II 2013 di Medan 15-17 November 2013.

Pada saat Rakernas II tersebut diputuskan untuk memberikan mandat kepada Ketua Umum Asita Asnawi Bahar agar membuat perencanaan pendirian maskapai penerbangan.

"Ketua Umum Asita diamanatkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya," ungkapnya kepada Bisnis.

Nantinya, Ketua Umum Asita akan membentuk sebuah tim khusus yang bertugas untuk melakukan pengkajian pendirian maskapai penerbangan tersebut.

Tim tersebut bertugas untuk melihat secara hukum legal formal serta mengkaji hal-hal teknis maupun non-teknis.

Dia mengungkapkan pendirian airlines tersebut melalui 3 pertimbangan yang cukup komprehensif.

Pertama, pangsa pasar penumpang airlines di Indonesia masih dikuasai oleh anggota Asita. Tercatat 60%-70% penjualan tiket penerbangan dilakukan oleh biro perjalanan.

Pertimbangan kedua, adanya kekecewaan dari banyak perusahaan biro perjalanan terhadap sikap airlines yang ada terutama maskapai penerbangan dalam negeri.

Airlines dalam negeri dituding sering melakukan tindakan sepihak tanpa mempertimbangkan keluhan dari agen penjualan yang sudah membesarkannya.

Kemudian pertimbangan ketiga, sambungnya, sebagai penguasa pasar penjualan tiket pesawat Asita mengakui lebih memahami selera penumpang.

Pasalnya, selama ini keluhan-keluhan yang dialamatkan kepada airlines selalu diasampaikan kepada biro perjalanan sebagai tempat pembelian tiket.

"Dari ketiga hal itulah, mulai dari kami memiliki pasar, ketidakadilan, dan kami memahami pasar, kenapa tidak kami coba membuat airlines. Memang itu sebuah gagasan besar, tetapi bukan suatu hal yang tidak mungkin," tuturnya.

Dia menilai dukungan terhadap biro perjalanan di Indonesia masih jauh di bawah yang dilakukan pemerintah di luar negeri seperti di Malaysia dan Singapura.

Dukungan mulai dari pembangunan dan peningkatan infrastruktur, promosi dan kemudahan berbagai perizinan, tidak didapatkan di Indonesia.

Sementara itu, kendati jumlah maskapai penerbangan di dalam negeri telah cukup banyak, Solahuddin optimistis dapat bersaing dengan airlines yang ada.

Pasalnya berbekal potensi pasar dan pemahaman terhadap pasar, Asita Airlines diyakini mampu meraup pasar dalam negeri.  (ra)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper