Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asean Open Sky, Indonesia Perlu Buka Minimal 5 Bandara

Indonesia perlu membuka lebih dari lima bandara dalam pemberlakuan Asean Open Sky pada 2015, guna mengembangkan potensi daerah

Bisnis.com, SURABAYA – Indonesia perlu membuka lebih dari lima bandara dalam pemberlakuan Asean Open Sky pada 2015, guna mengembangkan potensi daerah.

Menurut Ketua Ikatan Dosen dan Instruktur Penerbangan Curug, Yaddy Supriyadi, selayaknya Indonesia tidak menerapkan kebijakan Asean Open Sky secara terbatas yakni hanya membuka lima poin (Jakarta, Surabaya, Denpasar, Medan dan Makassar). Soalnya, pembukaan bandara lebih banyak lagi bisa menyejahterakan masyarakat melalui pengembangan potensi daerah.

“Maskapai penerbangan rata-rata sudah siap menyongsong pemberlakuan Asean Open Sky pada 2015, maka bandara pun harus siap/generatif menghadapi kebijakan liberalisasi penerbangan itu. Perlu dibuka lebih dari lima bandara,” ujarnya dalam diskusi Asean Open Sky, Jumat (8/11 2013).

Acara tersebut merupakan bagian dari Rapat Umum Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) 2013 yang mengambil tema: Welcome The Open Sky Era with Safety Level Enchancement, Infrastructure Improvement and Connectivity.  

Yaddy menambahkan pembukaan lima bandara dalam pemberlakuan Asean Open Sky sama halnya menerapkan Open Sky secara terbatas. Padahal liberalisasi penerbangan adalah penerapan berbagai aspek penerbangan secara bebas mencakup penetapan besaran tarif dan frekuensi.   

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti menyebutkan dalam pelaksanaan Asean Open Sky mendatang Indonesia membuka lima bandara (Kuala Namu/Medan, Soekarno-Hatta/Jakarta, Juanda/Surabaya, Ngurah Rai/Denpasar dan Hasanuddin/Makassar).   

“Pembatasan bandara itu tidak merugikan operator. Namun, pembukaan lima bandara bersifat sementara, kelak bisa saja dibuka bandara lainnya semisal di Bandung,” paparnya.   

Herry menekankan pentingnya maskapai penerbangan mewujudkan kenyamanan dan keselamatan penerbangan. Faktor tersebut bukan semata-mata urusan pilot dan kru pesawat terbang, tetapi membutuhkan komitmen chief executive officer (CEO).   

“Inaca perlu proaktif mengajak maskapai penerbangan mewujudkan safety & security. Ini (kenyamanan dan keselamatan) harus disiapkan,” tuturnya.
     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Adam A. Chevny
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper