Bisnis.com, JAKARTA—Akademisi pertanian menilai upaya mempercepat swasembada daging sapi di dalam negeri tidak cukup hanya dengan pemberian insentif seperti penghapusan bea masuk sapi indukan.
Pakar pertanian Institut Pertanian Bogor Hermanto Siregar mengatakan langkah tersebut memang mampu mengakselerasi pertumbuhan populasi sapi dalam negeri secara cepat. Namun ada beberapa hal yang harus diantisipasi oleh pemerintah.
“Tempat penggemukan sapi maupun peternakan di Indonesia belum seluruhnya terbiasa menangani sapi impor yang biasanya memerlukan penanganan khusus. Jangan sampai setelah kita mengimpor besar-besaran, pengembangbiakannya tidak optimal,” kata Hermanto kepada Bisnis, Senin (28/10/2013).
Dia menjelaskan sapi indukan impor mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sapi indukan dalam negeri karena perbedaan iklim habitatnya. Tentu saja, hal tersebut memerlukan tata cara pemeliharaan yang khusus.
Hermanto menyarankan pemerintah bisa memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada industri peternakan atau penggemukan dalam negeri agar penambahan populasi sapi bisa berjalan optimal.
Namun, lanjutnya, impor sapi indukan hanya bisa meningkatkan populasi pada jangka pendek dan menengah. Untuk jangka panjang pemerintah perlu meningkatkan kemampuan produksi industri peternakan sapi dalam negeri.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian tengah mengupayakan pemberian insentif agar Kementerian Keuangan bisa membebaskan bea impor sapi indukan. Saat ini, importasi sapi indukan masih dikenakan bea masuk sebesar 5%.
Menurut, Menteri Pertanian Suswono importasi sapi indukan sangat penting untuk mencapai swasembada daging. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan pemberian insentif tersebut bisa direalisasikan secepatnya.
Kementan menyebutkan kebutuhan sapi impor mendatang masih sangat tinggi dengan volume mencapai 1 juta ekor. Sapi-sapi indukan ini akan menghasilkan anakan sapi sehingga secara jangka panjang, program ini sangat efektif untuk meningkatkan pasokan daging sapi dalam negeri.