Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Ekonomi, Diprediksi Masih Berlanjut

Sejumlah kalangan menilai krisis ekonomi masih akan terus terjadi hingga 3-5 tahun mendatang apabila tidak ada upaya dari pemerintah dalam memperbaiki fundamental perekonomian.

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah kalangan menilai krisis ekonomi masih akan terus terjadi hingga 3-5 tahun mendatang apabila tidak ada upaya dari pemerintah dalam memperbaiki fundamental perekonomian.

Imam Sugema, pengamat ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) mengatakan saat ini Indonesia tengah dalam krisis neraca pembayaran. Menurutnya, krisis tersebut menyebabkan arus dana keluar lebih banyak dibandingkan dana yang masuk.

“Dengan negara sebesar ini, jumlah cadangan devisa kita saat ini kecil sekali, sehingga rawan akan krisis. Pemerintah perlu melakukan skenario yang dapat dilakukan atau visible, serta berpikir dalam jangka panjang,” jelasnya, dalam acara diskusi “Ngopi Bareng Akuntan”, Kamis (24/10).

Dia mengungkapkan setidaknya ada dua langkah yang dapat dilakukan pemerintah a.l pertama, menjaga arus dana keluar dengan meyakinkan para kreditur swasta untuk memperpanjang tenor dari pinjaman-pinjaman luar negeri.

Menurutnya, pemerintah harus blusukan dalam mencari kreditur swasta ataupun pasar finansial—yang memiliki kewajiban luar negeri dalam jumlah yang besar—untuk memperpanjang jangka waktu pinjamannya.

Kedua, memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang berada di Indonesia untuk menahan dana keluar Indonesia atau biasa disebut dengan repatriasi. Imam mengklaim jumlah dana hasil usaha yang keluar mencapai US$25 miliar per tahun.

Dengan nilai uang yang keluar sebesar itu, lanjutnya, pemerintah dapat menjamin kebutuhan dana di Indonesia apabila terjadi krisis secara tiba-tiba. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat menyiapkan skema khusus untuk menahan dana tersebut di dalam negeri

“Skemanya terserah pemerintah, yang terpenting kebutuhan dana atau dolar tersedia di dalam negeri. Saya kira dengan dana tersebut, pemerintah dapat lebih mengendalikan volatilitas nilai tukar rupiah,” katanya.

Di tempat yang sama, Dwi Setiawan Susanto, anggota Ikatan Akuntan Indonesia memperkirakan beban pinjaman akan semakin membebani anggaran fiskal Indonesia dalam jangka waktu menengah apabila tidak segera diatasi.

“Secara laporan keuangan kan sudah bisa terbaca. Dari anggaran realisasi kita kan defisit akibat beban anggaran seperti beban utang, pinjaman, dan lain sebagainya yang semakin membebani fiskal kita dalam jangka menengah,” tuturnya.

Dia menjelaskan hal tersebut dapat diantisipasi dengan cara meningkatkan produktivitas dan dari sektor riil dalam negeri. Apabila tidak, lanjutnya, sistem keuangan tersebut yang nantinya akan dominan dalam mempengaruhi keuangan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper