Bisnis.com, JAKARTA- Sekitar 23 perjanjian joint agreement antara Indonesia dan China yang akan ditandatangani pada 3 Oktober 2013 diperkirakan mampu meningkatkan nilai kerjasama bisnis kedua negara hingga US$32,8 miliar. Dari nilai tersebut, 60% akan diperoleh dari kerjasama bidang manufaktur.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pihaknya bersama Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia dan Kementerian Industri Komersial Tiongkok akan menyelenggarakan forum bisnis antara Indonesia-China, berkaitan dengan kedatangan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping ke Indonesia.
Menurutnya, kedua negara sepakat akan bekerja sama meningkatkan kerja sama bisnis di bidang mineral (down stream), pulp and paper, telekomunikasi, sektor perumahan, perkeretaapian, transportasi, infrastruktur, semen, kawasan industri, dan Bandung dan Jakarta Monorail.
“Dari total 23 perjanjian, ada 9 joint agreement di sektor mineral, mulai dari nikel, aluminium, iron ore, bauksit, dan sebagainya. Ini untuk mengembangkan sisi hulu sehingga nanti hasilnya bisa dieskpor juga, kan membantu defisit perdagangan juga,” kata Hidayat dalam konferensi pers Indonesia-China Business Luncheon di Kantor Kemenperin, Selasa (1/10/2013).
Hidayat menjelaskan barang dari sektor mineral tambang tersebut akan menjadi andalan Indonesia dari sisi ekspor ke China. Oleh sebab itu, dari 23 joint agreement, didominasi oleh sektor mineral tambang. Disusul oleh kerjasama di sektor kawasan industri, yakni 3 joint agreement.
Secara tidak langsung, lanjutnya, untuk sektor mineral, China akan memindahkan sebagian industrinya untuk mengolah bahan baku di Indonesia yang kemudian bisa diekspor lagi ke China.
“Di China ada teknologi baru, yaitu gasifikasi batu bara low rank calori 4.500 menjadi polipropilena, pabriknya besar sekali. Saya sedang mendesak untuk cepat masuk ke Indonesia, partnernya dengan Mochtar Riyadi,” kata Hidayat.
Selain itu, ada juga rencana kerjasama Group Sinar Mas dengan China Development Bank di bidang pulp and paper di Sumatera selatan. Kemudian, PT Indika Energy yang akan turut serta membangun infrastruktur di Papua dan Kalimantan Tengah.
“Itu rencana yang besar-besar. Kalau nama perusahaannya saya belum mau memberi tahu, nanti ketika acaranya,” paparnya.