Bisnis.com, BANDUNG - Kurang dari 2 tahun ke depan Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas Asean mulai 2015.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi tantangan bagi daya saing produk Indonesia untuk dapat menembus pasar ekspor Asia Tenggara.
Kementerian Perindustrian berharap Pameran Produk Indonesia (PPI), seperti yang diikuti Triona Multi Industri, bisa mendorong peningkatan kualitas produk lokal.
Menurut rencana, setelah pameran tingkat regional di Bandung, Jawa Barat ini berlanjut ke skala nasional di Jakarta tahun depan.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhari mengatakan pameran produk industri ringan ini mengutamakan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Instruksi Presiden No. 2/2009 tentang penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah mengamanatkan institusi pemerintahan wajib mengutamakan produk berkonten lokal 25% dan Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) 40%.
"PPI itu semacam pengenalan produk baru, baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri. PPI regional sebagai pemanasan sebelum pameran nasional," ujar Ansari di Bandung, Kamis (26/9/2013).
Bidang industri yang tampil, yaitu makanan dan minuman, elektronika dan telematika, otomotif dan komponennya, serta alat kesehatan dan mesin pertanian. Hadir juga industri aneka terdiri dari alas kaki, bola dan alat musik, serta industri furnitur baik rotan, kayu, maupun bambu.
Ada pula industri fesyen, TPT (tekstil dan produk tekstil), garmen, tas, plus aksesorisnya. Selain itu, ada industri kerajinan serta kosmetik maupun produk herbal. Sekitar 50% peserta berasal memang berbasis di Bandung daerah lainnya, seperti Surabaya, Bali, Yogyakarta, Medan, dan lainnya.
Industri nasional, termasuk yang hadir di PPI kali ini, membukukan pertumbuhan 6,58% selama semester I/2013. Jumlah ini lebih tinggi dibadingkan periode yang sama 2012 sebesar 5,58%.
"Kami selalu percaya diri terhadap pertumbuhan industri di triwulan 3. Kalau kami tidak percaya diri bagaimana dengan pelaku usaha? Tugas Kemenperin adalah memberi motivasi dan semangat," tuturnya.
Selama semester I/2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas Indonesia menyentuh US$86,57 miliar. Jumlah ini turun sekitar 2,66% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Industri manufaktur berkontribusi sekitar 75,68% terhadap total nilai ekspor nonmigas tersebut atau setara US$66,28 miliar. Angka ini sebetulnya melorot sekitar 2,58% dibandingkan dengan semester I/2012.