Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang bergerak di sektor komponen otomotif khawatir tidak mampu bersaing dalam pasar bebas Asean 2015 karena masih bergantung pada bahan baku impor.
Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia M. Kosasih mengatakan kebutuhan material hingga saat ini masih menjadi kendala utama karena banyak mesin masih diimpor.
"Apalagi persoalan sumber daya manusia belum maksimal. Akan sulit bersaing karena selama ini mesin masih impor. Namun, dalam menghadapi pasar bebas nanti, mau tidak mau, kami harus siap," katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (22/9/2013).
Dia mengatakan kesiapan industri komponen otomotif terutama skala kecil menengah harus diimbangi dengan keberpihakan pemerintah, seperti merancang regulasi untuk melindungi IKM komponen lokal agar porsi pekerjaan tidak dikuasai oleh IKM asing.
Sebagai contoh, lanjut Kosasih, regulasi harus dapat mengatur pembagian porsi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab IKM komponen lokal dan asing secara adil sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Kosasih mengatakan kehadiran program low cost and green car (LCGC) sebenarnya bisa mendorong industri komponen otomotif dalam negeri untuk lebih berkembang.
"Selama diberi peluang dan kesempatan untuk mengerjakan itu [komponen LCGC], saya kira IKM kita mampu, walau masih banyak tantangan," katanya.
Saat ini IKM komponen lokal masih menghadapi masalah persaingan yang kurang sehat, sementara pasar komponen otomotif bagi after market juga masih digempur oleh produk asing.
Dia menjelaskan jenis komponen LCGC pada dasarnya sama dengan komponen mobil pada umumnya, tetapi bentuk dan ukurannya sedikit berbeda sehingga IKM otomotif dalam negeri membutuhkan kesiapan teknologi untuk membuat dan mengubah model komponen LCGC.