Bisnis.com, SINGAPURA— Pemerintah di negara-negara Asia dinilai perlu memperkuat kerja sama untuk meningkatkan sistem kekebalannya menghadapi guncangan ekonomi.
Mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla mengatakan guncangan perekonomian yang terjadi belakangan ini membuat sebagian pemimpin dan pebisnis gugup.
"Nilai tukar turun, inflasi meningkat, dan defisit transaksi berjalan melebar," ujarnya dalam Singapore Summit pada Sabtu (21/9/2013) di Singapura.
Menurut JK, ini sebenarnya adalah fenomena biasa dalam perekonomian terbuka yang memungkinkan aliran barang, modal, ide, dan manusia lintas negara.
Menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu, interaksi antarnegara adalah keharusan dan tidak ada yg bisa melepaskan diri dari hal tersebut.
"Sayangnya, dunia tidak kebal dari krisis. Oleh sebab itu, meningkatkan sistem kekebalan adalah resep bagi negara-negara Asia untuk menghadapi guncangan ekonomi," tambahnya.
Negara-negara di kawasan Asia, kata JK, perlu memperkenalkan kebijakan yang tepat untuk merespons hal tersebut.
Menjaga defisit tetap kecil dan mengelola nilai tukar dengan baik, katanya, adalah kebijakan generik dalam situasi yg berkembang saat ini.
JK mengatakan kerja sama ekonomi di kawasan dapat menciptakan keuntungan bersama. Tata kelola yang baik di masing-masing negara juga penting karena ketidakstabilan ekonomi satu negara dapat memicu ketidakpastian ekonomi kawasan.
Kerja sama perdagangan perlu mendapat perhatian. Sebab, dalam kondisi krisis, pemerintah cenderung mengambil kebijakan yang populer demi pertimbangan politik dalam negeri.
Contohnya, mengurangi defisit dengan membatasi perdagangan produk asing. Hal ini memicu perang dagang. "Jika perang dagang terjadi, semua ikut rugi."
Dalam konteks ini, lanjut JK, harmonisasi kebijakan lintasnegara menjadi hal yang perlu diperhatikan. (ltc)