Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taksi Gelap 'Kuasai' Transportasi di Kuala Namu

Bisnis.com, MEDAN - Keberadaan angkutan berpelat hitam yang tidak mempunyai izin dari PT Angkasa Pura II atau "taksi gelap" di Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA) justru menjadi pilihan penumpang.

Bisnis.com, MEDAN - Keberadaan angkutan berpelat hitam yang tidak mempunyai izin dari PT Angkasa Pura II atau "taksi gelap" di Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA) justru menjadi pilihan penumpang.

Taksi gelap di bandara kebanggaan masyarakat Sumatra Utara itu memang menimbulkan kontroversi. Banyak orang yang menilai taksi gelap mengambil keuntungan sesaat dari para penumpang bandara dan mencemarkan bandara berkonsep moderen itu.

Kendati demikian, sebagian penumpang justru merasa terbantu dengan keberadaan taksi gelap tersebut ditengah belum maksimalnya transportasi dan akses dari dan menuju KNIA.

Sandy, pengendara taksi gelap, mengaku sudah sering menawarkan jasa antar dari bandara KNIA. Dia sudah mengoperasikan mobil Toyota Avanza miliknya sejak di Bandara Polonia Medan.

Penyedia jasa taksi yang juga sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta di Medan ini mematok tarif cukup terjangkau. Untuk tarif borongan dia mematok Rp170.000-Rp200.000 sekali jalan dari KNIA ke Medan.

Adapun untuk tarif per penumpang dengan sistem pengisian beberapa orang dibanderol Rp50.000-Rp70.000 per penumpang dari KNIA ke Medan. Untuk keluarga yang berjumlah maksimal 6 orang dia menyarankan untuk menggunakan tarif borongan karena terhitung lebih murah.

"Banyak yang menggunakan jasa borongan, dibandingkan dengan taksi biasa atau kereta api, taksi model begini lebih murah. Saya narik penumpang biasanya setelah kuliah, lumayan buat menambah cicilan mobil," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2013).

Dia mengaku tidak memiliki izin resmi dari pihak PT Angkasa Pura II. Namun, dia menjamin dengan menggunakan jasa taksi seperti pada dirinya lebih cepat dan tepat waktu. Terlebih lagi ketersediaan armada dapat dijamin karena banyak teman-teman seprofesi yang juga menawarkan jasa antar.

Pantauan Bisnis di KNIA pada Minggu (8/9/2013) sekitar pukul 13.00 WIB, penumpang yang turun di KNIA cukup banyak. Saat keluar dari terminal keberangkatan, penumpang langsung diserbu taksi-taksi gelap yang menawarkan jasa antar.

Beberapa penumpang mencoba menuju stasiun kereta api Airport Railink Services (ARS) di Kuala Namu. Namun, di dalam stasiun itu terlihat calon penumpang telah menumpuk. 

Penumpukan penumpang di stasiun itu terjadi akibat perubahan jadwal yang diumumkan melalui selebaran pada bagian informasi atau tempat pembelian tiket KA ARS manual. Jadwal yang tersedia siang itu sebelum pukul 13.00 WIB, dan ada pemberangkatan kembali sekitar pukul 15.00 WIB.

Hingga saat ini Railink masih mengoperasikan KA pinjaman dari PT Inka yakni KRBE Inka dengan kapasitas 308 tempat duduk. Tarif yang diberlakukan sebesar Rp80.000 per penumpang. 

Railink nantinya akan menggunakan KA Woojin yang diimpor dari Korea Selatan. KA ini menjadi KA bandara pertama di Indonesia dengan kapasitas 172 tempat duduk. Setelah beroperasi secara penuh, KA Woojin akan memiliki 34 kali lintasan dengan masing-masing sebanyak 17 kali lintasan pulang-pergi. 

Empat set KA yang dipesan dari Woojin Industrial System, produsen dan distributor kereta listrik terbesar di Korea Selatan tersebut menelan investasi sebesar Rp160 miliar. Satu paket KA Woojin terdiri dari 1 lokomotof dan empat gerbong sehingga total akan ada 16 gerbong.

Penumpang dari KNIA akhirnya memilih menggunakan bus transportasi pemadu moda yang disediakan oleh Damri dan PT ALS. Kekacauan kembali terlihat di lokasi semacam ruang tunggu penumpang.

Di ruang outdoor itu hanya disediakan kursi seadanya dengan jumlah penumpang yang membludak. Tidak tampak satupun bus Damri dan ALS yang siap mengantarkan penumpang ke tujuan Terminal Amplas, Plaza Medan Fair dan Binjai.

Lebih dari 1 jam kemudian, tiba bus Damri jurusan Plaza Medan Fair dari yang dijanjikan setiap 30 menit. Penumpang menyerbu bus tersebut dan dalam sekejap langsung penuh. Banyak calon penumpang itu terpaksa menelan kekecewaan karena tidak kebagian bus. 

Di dalam bus yang dipatok tarif Rp15.000 per penumpang itu telah dijejali penumpang yang duduk dan berdiri. Mereka rela berdesak-desakan demi terangkut menuju Medan dengan jarak sekitar 35 Km. 

Begitu pula dengan armada taksi resmi yang telah ditenderkan sebelumnya oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sumut. Tarif yang diberlakukan untuk armada taksi diwajibkan dengan tarif argo yang rata-rata sebesar Rp130.000 ke Medan.

Sebanyak 380 unit taksi diberikan kepada taksi Bluebird sebanyak 95 unit, taksi Express sebanyak 45 unit, taksi Karya Swadaya Abadi sebanyak 39 unit dan taksi Nirmala Cerah sebanyak 21 unit serta 180 unit taksi yang sebelumnya sudah ada di Bandara Polonia. 

Sistem yang diberlakukan pada armada taksi tidak disediakan terminal-terminal khusus setiap perusahaan taksi di KNIA. Pihak AP II memberikan mekanisme antrian yang mengakibatkan setiap penumpang tidak bisa memilih taksi yang diinginkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper