Bisnis.com, JAKARTA -- Proyek ekspor listrik dari mulut tambang (mine mouth) milik PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang akan mengalirkan listrik ke Semenanjung Malaka, Malaysia tinggal menunggu penyelesaian studi kelayakan (feasibility study/FS).
Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PLN Murtaqi Syamsuddin mengatakan setelah FS, tahap selanjutnya akan melanjutkan ke persetujuan bersama kemudian melanjutkan pada pendanaan proyek.
"Proyek sudah masif, tinggal menunggu FS selesai," ujar Murtaqi di Jakarta, Senin (2/9/2013).
Studi kelayakan yang diperkirakan memakan waktu 4 bulan tersebut meliputi ketersediaan batu bara milik Bukit Asam di Riau, pembangkit listrik milik kedua perusahaan yaitu PLN dan Tenaga Nasional Berhard, serta studi kelayakan mengenai interkoneksi.
Proyek ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2018 dengan daya 1.000 MW. Rencananya, pembangkit listrik mulut tambang ini juga mengaliri Singapura dan Thailand.
Murtaqi mengatakan untuk mengalirkan listrik dari Sumatera ke Malaysia akan menggunakan kabel bawah laut. Kabel tersebut direncanakan melewati Semenanjung Malaka. Direktur utama PLN Nur Pamudji mengatakan penggunaan kabel bawah laut ini diyakini tidak akan seperti proyek kabel Jawa-Bali karena kontur geografis yang berbeda.
"Palung dan arus lautnya berbeda dengan Jawa-Bali, sehingga penanaman kabel bawah laut akan lebih cepat," ujarnya.
Penjualan listrik ini tidak menggunakan feed in tarif. Hal ini karena kerja sama antara tiga perusahaan tersebut termasuk dalam independent power producer (IPP), tetapi daya yang dihasilkan besar.
Ekspor listrik ini merupakan interkoneksi yang digagas untuk jaringan kelistrikan Asean. Saat ini koneksi listrik Asean antara lain ekspor daya dari Laos ke Thailand. Selain itu, Vietnam juga menyalurkan listrik mereka ke Kamboja.
Ekspor Listrik ke Malaysia Tinggal Tunggu Studi Kelayakan
Bisnis.com, JAKARTA -- Proyek ekspor listrik dari mulut tambang (mine mouth) milik PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang akan mengalirkan listrik ke Semenanjung Malaka, Malaysia tinggal menunggu penyelesaian studi kelayakan (feasibility study/FS).Direktur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Inda Marlina
Editor : Bambang Supriyanto
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu