Bisnis.com, JAKARTA—Ekonom menilai Indonesia jangan terlalu berbangga terhadap pasar domestik yang menjadi penopang perekonomian di tengah depresiasi rupiah.
Ekonom dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Haryo Aswicahyono menilai pasar domestik yang mempunyai kontribusi 70% dari perekonomian nasional justru bisa menjadi bumerang pada saat keadaan ekonomi dunia membaik.
“Nanti pada saat terjadi pemulihan ekonomi dunia, kita tidak bisa memanfaatkan peluang tersebut karena porsi pasar global yang kecil,” kata Haryo kepada Bisnis, Minggu (1/9/2013).
Dia mengungkapkan dominannya konsumsi domestik justru menunjukkan daya saing Indonesia di pasar internasional masih lemah. Menurutnya, industri dalam negeri belum banyak yang mampu memproduksi barang untuk pasar ekspor.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai depresiasi rupiah yang terjadi selama Agustus tidak perlu terlalu dikhawatirkan pelaku usaha.
Menurutnya, perekonomian Indonesia cukup lentur untuk menghadapinya karena sebagian besar ditopang oleh pasar domestik.
Perbandingannya sekitar 70% pasar domestik, dan 30% pasar yang berhubungan dengan global. Artinya, dampak langsung depresiasi rupiah ini hanya mempengaruhi 30% perekonomian Indonesia.