Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaji Ulang Harga Jual Perajin Kedelai

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta untuk melakukan penghitungan ulang mengenai harga jual perajin tahu tempe dengan memasukkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagai pertimbangan.

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta untuk melakukan penghitungan ulang mengenai harga jual perajin tahu tempe dengan memasukkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagai pertimbangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 37/2013 Pasal 2 Harga Jual Perajin (HJP) kedelai ditetapkan sebesar Rp7.700 per kilogram yang berlaku hingga 31 Agustus 2013.

Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengatakan pelemahan mata uang rupiah ini menyebabkan harga kedelai impor berisiko mengalami kenaikan di dalam negeri. Baik pengusaha dan perajin berisiko mengalami kerugian.

“Kenaikan ini bukan disebabkan karena harga di sana [Amerika Serikat] yang naik. Melemahnya mata uang kita menyebabkan importir harus membayar dengan nominal rupiah yang lebih besar,” kata Yusan kepada Bisnis, Rabu (21/8/2013).

Dia menambahkan ini akan berdampak pada harga jual kedelai setelah sampai di Indonesia. Para perajin tempe dan tahu terpaksa akan mendapatkan harga yang tinggi sedangkan permintaan bagi para importir juga bisa berkurang.

Yusan menuturkan kebijakan impor memang menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menstabilisasi harga kedelai. Namun, importasi yang dilakukan oleh tim stabilisasi harga kedelai berisiko tidak optimal jika kurs rupiah masih melemah.

 

Berdasarkan Permendag No. 23/2013 tentang program stabilisasi harga kedelai pelaksana stabilisasi hanya dapat dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), koperasi, atau perusahaan swasta.

 

Yusan mengungkapkan pihak importir sampai saat ini belum mendapatkan surat persetujuan impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan. Namun, importir yang berjumlah sekitar 15 perusahaan tersebut sudah mengantongi Importir Terdaftar (IT) sejak sebelum Lebaran.

 

Berbeda dengan Bulog yang baru akan memulai bisnis kedelai, importir bisa mendatangkan kedelai dengan mudah karena sudah menjalin kontrak dengan para eksportir AS. Selama ini kerjasama tersebut sudah terjalin sejak lama dan rutin melakukan perdagangan.

 

“Namun, impor tidak bisa terealisasi selama SPI belum dikeluarkan, pihak surveyor dari Sucofindo akan menahan kedelai mereka di AS. Namun, berapapun tonase yang didatangkan harga akan tinggi selama kurs masih melemah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper