Bisnis.com, JAKARTA—Alokasi impor yang ditetapkan oleh pemerintah dengan volume yang tidak jauh berbeda dari impor 2012 sebesar 1,9 juta ton dinilai masih memadai dengan kebutuhan tahun ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengatakan untuk menetapkan alokasi impor perlu memperhitungkan perkiraan produksi dan permintaan kedelai dalam negeri. Namun, seiring dengan musim kemarau basah yang terjadi volume produksi kedelai berisiko tidak optimal.
“Alokasi tersebut cukup aman untuk tahun ini, dengan catatan produksi dalam negeri sesuai harapan” kata Yusan kepada Bisnis, Minggu (25/8/2013).
Pemerintah, imbuhnya, harus mewaspadai volume produksi kedelai dalam negeri terutama setelah musim kemarau basah yang panjang tahun ini. Beberapa daerah penghasil kedelai seperti Kulon Progo dan Aceh akan panen raya pada bulan-bulan akhir tahun ini.
Dia menambahkan apabila produksi kedelai pada September dan Oktober tahun ini rendah, maka alokasi tersebut bisa dipertimbangkan untuk segera ditambah. Kondisi ini dikarenakan proses pengapalan kedelai membutuhkan waktu lama.
Yusan menuturkan kedelai impor sebagian besar didatangkan dari Amerika Serikat yang mempunyai jarak sangat jauh. Setidaknya dibutuhkan waktu proses pengapalan antara 2-2,5 bulan untuk tiba di Indonesia.
Jika perhitungan dari pemerintah meleset, lanjutnya, bisa berdampak pada kenaikan harga di pasaran. Terlebih, saat ini harga kedelai sudah melonjak akibat adanya pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
“Harga kedelai bisa meningkat lebih tinggi dari ini jika permintaan kedelai pada akhir tahun tidak bisa dipenuhi,” ujarnya.