Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mutu Terjaga, Omzet Meningkat

Bisnis.com, JAKARTA - Besarnya potensi pasar di Indonesia membuat semakin banyak produsen otomotif yang meningkatkan kapasitas volume produksinya serta membangun pabrik baru di Tanah Air. Perkembangan industri otomotif secara langsung ikut mempengaruhi

Bisnis.com, JAKARTA - Besarnya potensi pasar di Indonesia membuat semakin banyak produsen otomotif yang meningkatkan kapasitas volume produksinya serta membangun pabrik baru di Tanah Air. Perkembangan industri otomotif secara langsung ikut mempengaruhi permintaan komponen otomotif untuk perakitannya.

Beruntung,  saat ini dukungan pemerintah dan industri otomotif terhadap produsen komponen otomotif lokal sudah baik, di mana produk otomotif harus meningkatkan kandungan lokal pada produknya mencapai 80% untuk kendaraan roda empat, dan untuk kendaraan sepeda motor 90%.

Dengan demikian, kemajuan industri otomotif harus dapat diimbangi dengan kemajuan industri komponen dalam negeri tanpa harus bergantung dengan produk impor.

Apalagi, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk memproduksi komponen tersebut mulai dari baja, aluminium, plastik, dan karet.

Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku usaha kecil dan menengah untuk menghasilkan lebih banyak komponen berkualitas sesuai standard yang ditetapkan industri otomotif.

TRANSFER TEKNOLOGI

Untuk membantu para produsen lokal kecil dan menengah, sejumlah agen tunggal pemegang merek melakukan transfer teknologi dan manajemen melalui berbagai pelatihan dan pembinaan sehingga para UKM tersebut dapat digandeng menjadi mitra rantai pasok (supply chain).

Salah satunya yang dilakukan oleh Grup Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra yang sejak berdiri pada 1980 atau 33 tahun lalu, saat ini telah membina sekitar 7850 UMKM yang terdiri dari UKM manufaktur, agroindustri, dan industri kreatif.

Ketua Ketua Pengurus YDBA F.X. Sri Martono mengatakan khusus untuk produsen di bidang otomotif,  pihaknya akan terus meningkatkan transaksi order komponen kepada sekitar 260 produsen. Ditargetkan transaksi pada tahun ini bisa melampaui Rp1,4 triliun yang telah dicapai pada tahun lalu.

Sri Martono mengakui, di tengah gejolak ekonomi global, banyak industri yang mengerem produk otomotif. Selain itu, kenaikan upah minimum serta rendahnya harga komoditas di dunia menjadi faktor yang menyebabkan industri pada tahun ini kurang menggembirakan.

Namun, dia masih yakin prospek otomotif akan terus bertumbuh, apalagi Grup Astra tetap berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi. Seperti PT Astra Daihatsu Motor yang akan menambah kapasitas produksi sebesar 120.000 unit pada pabrik kelima di Karawang.

Begitu pula dengan PT Toyota Astra Motor yang akan menambah jumlah kapasitas produksi pabrik baru di Karawang sebesar 180.000 unit per tahun, serta PT Astra Honda Motor yang juga telah membangun pabrik keempat di Karawang dengan kapasitas 1,1 juta unit per tahun.

Untuk memproduksi kendaraan roda empat, Grup Astra yang masih memegang pangsa pasar lebih dari 50% ini telah berkomitmen untuk menggunakan kandungan lokal sebesar 85%, sementara kandungan lokal yang digunakan untuk motor Honda mencapai hingga 96%.

LCGC

Penggunaan komponen lokal tersebut menurutnya semakin banyak digunakan untuk memproduksi low cost green car (LCGC) yang akan segera diluncurkan.

“Banyaknya pabrik-pabrik baru yang dibangun serta kapasitas produksi otomotif yang terus meningkat menjadi kesempatan bagi para pelaku UKM. Apalagi untuk produk baru LCGC, perusahaan akan mendevelop lebih banyak komponen lokal yang dapat dibuat oleh UKM,” ucapnya dalam konfrensi pers Konvensi UKM, Kamis (15/8).

Henry C. Widjaja, Sekretaris Pengurus YDBA menuturkan untuk meningkatkan potensi dan kualitas UKM binaan, pihaknya terus melakukan transfer teknologi serta mengasah mentalitas untuk berwirausaha serta menamankan filosofi dan nilai-nilai Astra yang dikenal dengan Catur Dharma

Tidak hanya dalam hal pelatihan management, sumber daya manusia, dan peningkatan kualitas teknis, para UKM juga diberikan kesempatan untuk ikut dalam berbagai pameran dan pembinaan baik di dalam maupun luar negeri sehingga dapat bertumbuh, dan naik kelas.

“Kami membina mereka dengan filosofi Compassionate, Adaptive, Responsible, dan Excellent (CARE) sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan agar bisa berkembang dan mandiri,” tuturnya

Dalam membina para UKM, YDBA pun melibatkannya dalam value chain bisnis Astra. Sebab, dengan masuk dalam rantai pasok dan jaringan Astra, para UKM akan memiliki jaringan pasar yang lebih luas.

Selain itu, pihaknya juga membantu para UKM lebih mandiri dengan membukakan akses kepada Astra Mitra Ventura sehingga bisnisnya bisa lebih berkembang dan bankable dengan orderan dari anak usaha Astra. “Setelah besar dan bankable, maka mereka bisa mendapatkan bantuan dari Bank Permata,” ucapnya.

Seperti diungkapkan oleh Hendra Setiawan, Pemilik PT Trilogam Indojaya, mengaku sejak bergabung dan mendapatkan pembinaan dari YDBA sejak 2005 perusahaan yang dipimpinnya menjadi lebih tertata dan rapi.

Hal tersebut, menurutnya dapat mendongkrak omzet penjualan secara signifikan. Bila awalnya perusahaan hanya mampu membukukan penjualan Rp600 juta perbulan, kini perusahaan manufaktur tersebut bisa mencetak omzet hingga Rp2,4 miliar atau meningkat 4 kali lipat.

Selain itu, dengan pelatihan cost reduction programe (CRP) yang diberikan YDBA dia bisa semakin mengefisienkan biaya dan kinerja pabriknya sehingga dapat bersaing secara sehat.

“Setelah ikut dalam YDBA, management pabrik yang awalnya berantakan bisa menjadi lebih tertata. Kami pun bisa mensupply produk ke Astra sehingga bisnis bisa naik kelas dengan omzet mencapai Rp2,4 miliar per bulan,” akunya.

Hendra menceritakan pertama kali terjun dalam bisnis manufaktur pada 1988 berawal dari bisnis pelapisan logam dengan menggunakan mesin manual. Sebelum terjun ke usahanya tersebut, dia sempat bekerja di salah satu perusahaan swasta yang menyuplai jok motor ke industri otomotif.

Saat ini, perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 ini tidak lagi memproduksi pelapisan logam tetapi bergerak dalam bisnis precision parts untuk membuat berbagai  alat bantu produksi, khususnya di bidang otomotif menjadi berbagai bentuk sesuai permintaan.

Part-part yang dibuat tersebut sebagain besar disupply ke Astra untuk mensupport maintanace mesin pada industri tersebut. Trilogam Indojaya memiliki mesin CNC Lathe, 3 unit CNC machining center, dam 1 unit wirecut untuk menunjang pembuatan part-part tersebut dengan kapasitas produksi terpakai mencapai 80%.

Selain Hendra, prospek di bidang otomotif ini juga turut dirasakan oleh Rosalina Faried, Pemilik PT Rekadaya Multi Adiprima, perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur komponen otomotif.

Awalnya, Rosalina sempat bekerja di perusahaan supplier otomotif, ketika perusahaan tersebut bangkrut, dia diberi kepercayaan untuk membeli 2 mesin dengan jaminan orderan diberi oleh pemilik lama, mulailah dia berani membangun perusahaan sendiri pada 1994.

Setelah itu, usaha yang dijalankannya semakin berkembang ke bisnis press metal, dan  pada tahun 2000 an dan ikut masuk sebagai mitra binaan YDBA untuk semakin mengembangkan bisnisnya.  Saat ini telah ada lima divisi yang dikembangkan antara lain divisi non metal, metal stamping, printing, plastik, dan non woven.

Direktur Operasi PT Rekadaya Multi Adiprama Nanang Wahyudi mengatakan dengan berbagai pelatihan dan pembinaan yang diberikan oleh YDBA, omzet yang berhasil diraih perusahaannya saat ini mencapai Rp4,5 miliar per bulan, yang pada awal 2000 hanya sekitar Rp600 juta hingga Rp700 juta.

“Meningkat tinggi karena adanya perbaikian manajemen sehingga kami bisa lebih efisien. Kalau management sudah bagus, perusahaan costumer yang datang akan percaya,” tuturnya.

Saat ini perusahaan sudah memiliki 7 pabrik yang tersebar di Desa Nagrak dengan jumlah karyawan mencapai 302 orang dan telah menguasai 70% pangsa pasar sliencer atau peredam kendaraan roda empat, dan menguasai 50% tensioner sepeda motor.

Sementara itu, Hadi Subroto Pemilik PT Nandya karya Perkasa ini pertama kali membangun perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan nama awal CV Hadi Karya yang berbasis logam.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan yang berada di wilayah Cileungsi ini bergabung dengan YDBA sebagai UKM mitra. Dengan berbagai pelatihan, pendampingan, dan penguatan modal  membuat usahanya semakin berkembang signifikan dengan jumlah produksi mencapai 750.000 unit komponen per bulan.

Proses produksi utama ialah stamping dan dies yang membutuhkan ketelitian dengan menggunakan mesin berbasis komputer.

Peningkatan kualitas yang dilakukan sejak 1987 tersebut membuat perusahaan ini menjadi pemasok komponen berbagai perusahaan otomotif besar, terutama PT Astra Honda Motor yang dengan pasokan sekitar 90% produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper