Bisnis.com, JAKARTA -- Asumsi suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan yang dipatok 5,5% dalam asumsi ekonomi makro 2014 dinilai terlampau tinggi dan justru akan menimbulkan perebutan likuiditas di dalam negeri.
Asumsi itu paling tinggi dalam 4 tahun terakhir. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengemukakan perebutan likuiditas (crowding out) di dalam negeri terjadi karena sumber-sumber dana domestik akan memilih obligasi ketimbang masuk ke sektor perbankan.
Akibat yang lebih mengkhawatirkan lagi, likuiditas yang kian ketat di sektor perbankan akan membuat suku bunga deposito dan tabungan naik yang diikuti oleh peningkatan suku bunga kredit.
“Kalau itu yang terjadi, akan berdampak negatif terhadap sektor riil. Itu sekali lagi akan menghantam investasi,” ujarnya, Minggu (18/8).
Pemerintah mematok 5,5% atas dasar perkiraan kondisi ekonomi global yang membaik sehingga daya tarik investasi di berbagai negara membaik, termasuk arus modal ke negara-negara di kawasan Asia.
Selanjutnya, akan terjadi peningkatan persaingan untuk menarik likuiditas global yang mendorong peningkatan suku bunga instrumen investasi, termasuk suku bunga SPN 3 bulan.
“Pemerintah akan terus menjaga kesehatan fundamental ekonomi dan fiskal, agar instrumen surat utang negara tetap memiliki daya tarik yang tinggi bagi investor,” ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato penyampaian keterangan pemerintah atas RUU tentang RAPBN 2014 di DPR, Jumat pekan lalu (16/8/2013).
Pemerintah merencanakan pembiayaan melalui utang sebesar Rp164,7 triliun untuk menutup defisit anggaran Rp154,2 triliun atau 1,49% terhadap produk domestik bruto (PDB).