Bisnis.com, JAKARTA – Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% pada 2014 akan sulit dicapai di tengah keringnya sumber-sumber pertumbuhan dan minimnya upaya terobosan.
Direktur Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai investasi dan konsumsi rumah tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi tak bakal naik signifikan.
Menurutnya, potensi investasi di Indonesia memang tinggi, terlihat dari realisasi pada semester I/2013 yang tumbuh 30,2% secara tahunan (yoy).
Namun, pertumbuhan pesat itu tidak diikuti dengan kontribusi yang berarti terhadap produk domestik bruto (PDB), yang terlihat dari sumbangan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) hanya sekitar 4% terhadap PDB.
Dia memperkirakan masalah itu tidak akan jauh membaik pada 2014 karena pemerintah tidak memiliki terobosan yang cukup untuk mengatasi masalah infrastruktur dan birokrasi yang menjadi hambatan klasik.
“Di RAPBN 2014 tidak ada terobosan bagaimana upaya pemerintah untuk mendorong investasi karena yang menjadi bottleneck kenapa tumbuh 30%, tapi yang berkontribusi terhadap riil hanya 4%, itu kan sebenarnya infrastruktur, tetapi proporsi alokasi anggaran justru mengecil,” katanya, Minggu (18/8).
Sementara itu, paket kebijakan insentif fiskal yang akan diluncurkan pada 2013 dan 2014 diperkirakan belum akan terlihat dampaknya terhadap realisasi investasi tahun depan.
Demikian pula dengan rencana pemangkasan berbagai peraturan investasi di daerah yang tidak memiliki payung hukum, saat ini masih menunggu keseriusan pemerintah.