Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Harus Jadi Price Maker Komoditas ekspor

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah akan berupaya menjadikan Indonesia sebagai price maker dari beberapa komoditas yang menjadi produk unggulan ekspor nonmigas.

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah akan berupaya menjadikan Indonesia sebagai price maker dari beberapa komoditas yang menjadi produk unggulan ekspor nonmigas.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan saat ini kinerja ekspor Indonesia masih mengandalkan penjualan komoditas mentah. Padahal, ketidakpastian kondisi global yang terjadi saat ini menjadikan harga pasaran komoditas tersebut terkoreksi.

“Produksi kita untuk beberapa komoditas seperti CPO [crude palm oil], timah, kakao, lada, atau produk perikanan terbilang besar bila dibandingkan dengan negara lain. Untuk itu, kita harus bisa menjadi price maker,” kata Bachrul kepada wartawan di kantornya, akhir pekan ini.

Dia menambahkan pihaknya telah mengubah proporsi penentun Harga Patokan Ekspor CPO. Semula menggunakan proporsi penghitungan harga bursa di Rotterdam, Malaysia, dan Indonesia sama rata menjadi 20:20:60 untuk bursa Indonesia.

Bachrul menjelaskan proporsi harga dari bursa Indonesia memang sengaja ditingkatkan untuk merefleksikan harga nasional karena produksi Tanah Air lebih besar dari negara lain. Penghitungan ini berpotensi meningkatkan harga rata-rata hingga US$4 per metrik ton.

Penggunaan harga ini, lanjutnya, sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 34/2013 menggantikan regulasi sebelumnya yakni Permendag No. 31/2013 tentang Penetapan HPE atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang dikenakan Bea Keluar.

“HPE [pada] Agustus sudah menggunakan penghitugan tersebut dan berlaku mulai 1 Agustus 2013,” ujarnya.

Hal serupa, sambungnya, juga terjadi pada komoditas timah. Harga timah dunia saat ini ditentukan oleh bursa London, tetapi di negara yang mendapat julukan Mother of Parliament ini tidak menghasilkan komoditas yang digunakan sebagai bahan baku pelapis logam.

Padahal, kata Bachrul, total produksi timah nasional cukup besar. Sebagai perbandingan, total produksi timah di Malaysia hanya 2.600 ton per tahun, sedangkan Tanah Air mampu menghasilkan lebih besar 30 kali lipat yakni sekitar 94.000 ton per tahun.

Dalam upayanya menjadikan Indonesia sebagai price maker, pihaknya akan menghidupkan kembali bursa berjangka Inatrade yang pernah aktif pada medio 2011 selama 6 bulan.

Pada implementasinya 2 tahun lalu, bursa berjangka ini mampu mengatrol harga timah dari US$16.000 per ton menjadi US$25.000 per ton dalam 6 bulan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor timah Indonesia sepanjang semester I/2013 mencapai US$1,303 juta dengan volume sebanyak 59.260 ton. Tahun sebelumnya ekspor timah hanya tercatat sebesar US$1,079 juta. (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper