Bisnis.com, JAKARTA – Keyakinan pemerintah mulai goyah dengan target pertumbuhan ekonomi 6,3% tahun ini menyusul realisasi pertumbuhan produk domestik bruto kuartal II/2013 yang hanya 5,81%.
Menteri Keuangan M.Chatib Basri mengemukakan pertumbuhan ekonomi tahun ini kemungkinan di bawah 6,3%, tetapi diupayakan masih di kisaran 6% dengan bertumpu pada konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah.
"Kita harus ada upaya ekstra di semester II. Tapi dengan ekstra saja, untuk capai target pertumbuhan 6,3% itu sangat berat. Saya melihat risiko target pertumbuhannya di bawah 6,3%,”katanya, Jumat (2/8/2013).
Untuk menjaga konsumsi rumah tangga, Chatib mengatakan pemerintah akan mengendalikan inflasi sehingga masyarakat tetap mempunyai daya beli.
Cara mengendalikan inflasi itu dengan mengamankan pasokan bahan pangan, salah satunya dengan membuka kran impor sejumlah komoditas pangan tertentu.
Menurutnya, peluang untuk menekan inflasi hingga 7,2% sesuai target cukup sulit, tetapi Chatib optimistis masih ada ruang untuk menurunkan inflasi tahunan ke bawah 8,61%.
Kementerian Keuangan juga sedang mengkaji kebijakan fiskal untuk mendorong konsumsi rumah tangga. Namun, Chatib belum bersedia menyebutkan kebijakan apa yang dimaksud.
Kebijakan fiskal untuk mendorong konsumsi rumah tangga pernah diambil dengan menaikkan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp15,84 juta menjadi Rp24,3 juta per tahun mulai 1 Januari 2013.
“Harus saya explore dulu dampak fiskalnya seperti apa. Intinya saya mau push growth pada tingkat yang lebih tinggi. Jangan pelit dengan anggaran. Jangan sampai anggaran yang pelit mengorbankan growth. Buat saya, growth itu penting,” tuturnya.
Dari sisi konsumsi pemerintah, pihaknya akan mempercepat penyerapan belanja melalui simplifikasi prosedur pencairan anggaran.
Pembayaran gaji ke 13 juga menurutnya akan mendorong pengeluaran pemerintah pada kuartal III/2013 yang selanjutnya akan memacu konsumsi masyarakat.
Dengan demikian, praktis tahun ini pemerintah hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mengingat PMTB dan ekspor tak dapat diandalkan karena faktor eksternal.
Akibat ketidakpastian global ditambah sinyal pengurangan stimulus moneter dari AS, Chatib memperkirakan PMTB hanya tumbuh 5%-6% pada akhir tahun atau di bawah target APBN-P 6,9%.
Berbagai relaksasi aturan investasi yang sedang digodok pemerintah kemungkinan baru dapat mendatangkan dampak positif bagi PMTB 2-3 tahun mendatang.
Chatib yang juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal itu mengatakan instansinya telah mengantongi minat investasi senilai Rp1.200 triliun dengan Rp305 triliun di antaranya telah direalisasikan.
“Sebetulnya stok ada, tapi orang ini baru mau realize investment-nya kalau aturannya gampang. Di migas misalnya, bagaimana orang mau investasi kalau satu proyek saja aturannya ada 25 perizinan,” ujarnya.
Chatib menyampaikan revisi aturan daftar negatif investasi (DNI), tax holiday dan tax allowance dapat selesai dalam sebulan ke depan.