Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri alas kaki dalam negeri menagih janji pemerintah untuk memprioritaskan industri padat karya pada pembahasan kenaikan upah buruh pada akhir tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Wijanarko menyebutkan jika pemerintah tak menepati janji, bukan tak mungkin pada tahun depan industri alas kaki Indonesia semakin terpuruk. Beberapa pabrik asing juga telah menyatakan akan melakukan relokasi ke Myanmar.
Eddy menambahkan, sepanjang semester I/2013 kinerja ekspor industri alas kaki Indonesia stagnan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yakni US$1,8 miliar. Adapun, pada awal kuartal III/2013, pengusaha mulai merasakan dampak berat kelesuan pasar.
"Benar-benar terasa pada bulan ini, apalagi permintaan alas kaki menjelang Lebaran tidak sesuai dengan proyeksi kami sebelumnya. Pabrik sudah banyak yang berhenti berproduksi," tutur Eddy kepada Bisnis, Rabu (31/7/2013).
Eddy juga membenarkan pemutusan hubungan kerja terhadap 44.000 buruh alas kaki dari 29 perusahaan. Saat ini berdasarkan data Aprisindo terdapat sekitar 500 perusahaan alas kaki
Dia memaparkan hal tersebut disebabkan oleh dua hal yakni kenaikan 40% upah buruh pada awal tahun ini dan pengurangan permintaan konsumen asal Eropa sebesar 10%.
Lebih lanjut, Eddy menjelaskankan, akibat kenaikan upah buruh yg diputuskan pada akhir tahun lalu, banyak perusahaan yang lalu memberhentikan kontrak kerja buruhnya.
Adapun, untuk eskpor, selama ini produksi alas kaki dalam negeri mengandalkan permintaan asal Eropa dan Amerika. Permintaan dari Eropa setiap tahunnya mendominas sebesar 37% dan Amerika 26%.
"Selama ini pemerintah memang sudah berkomitmen untuk industri padat karya seperti pemberian insentif dan pengecualian. Kami masih menunggu," pungkas Eddy.