Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mesin Tekstil, Bantuan Itema Terkendala Lahan

  Bisnis.com, JAKARTA - Bantuan mesin tenun atau weaving untuk kain dari produsen mesin tekstil asal Italia, Itema yang dijadwalkan mampu direalisasikan pada tahun ini masih terkendala kesiapan lahan. Akibatnya, realisasi terancam tertunda hingga

  Bisnis.com, JAKARTA - Bantuan mesin tenun atau weaving untuk kain dari produsen mesin tekstil asal Italia, Itema yang dijadwalkan mampu direalisasikan pada tahun ini masih terkendala kesiapan lahan. Akibatnya, realisasi terancam tertunda hingga tahun depan.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menyebutkan Itema sudah berkomitmen menyumbangkan 24 unit mesin tenun untuk keperluan Textile Services Center.

Meski demikian, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kemenperin Ramon Bangun mengatakan, pemerintah baru menyanggupi ketersediaan lahan di Balai Besar Tekstil di Jawa Barat, sementara Itema ingin membuka dua Textile Services Center yakni di Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan memanfaatkan Sekolah Tinggi Tekstil.

"Mereka sudah siap dengan mesin dan tenaga pelatih. Nantinya yang mengelola kita. Masalah lahan ini yang sulit sekarang, kerja sama bisa tertunda hingga tahun depan," ujar Ramon, Minggu (21/7).

Meski demikian, Ramon belum dapat memaparkan berapa total investasi yang digelontorkan Itema untuk bantuan mesin tenun dan pelatih tersebut. Ada tiga jenis mesin tenun yang akan dipasok yakni jet udara, project tile dan rapier.

Pasokan mesin tenun ini dibutuhkan industri tekstil dalam negeri untuk pelatihan operator. Pasalnya, kinerja produksi dan ekspor kain dalam negeri masih kalah dengan impor. Penggunaan mesin asal Eropa dengan kecepatan mesin hingga 700 rpm dinilai mampu menjadi solusi. Namun, keterampilan operator dalam negeri masih kurang.

"Kualitas produk kita jadi lebih bagus. Keuntungannya untuk Itema, mereka ingin menjual mesin mereka di Indonesia," pungkas Ramon.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada tahun lalu, nilai impor kain lebih besar yakni US$4,7 miliar dibandingkan nilai ekspor dalam negeri US$4,3 miliar. Sementara itu, nilai ekspor benang yakni US$1,7 miliar lebih besar dibandingkan nilai impor US$300 juta. Impor kain didominasi oleh permintaan pembeli yakni Korea dan China.

Selama ini operator dalam negeri lebih banyak berlatih menggunakan mesin yang sudah tua. Akibatnya, operator mesin tekstil industri didominasi oleh operator asal India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper