Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Rp9.800 per dolar AS Sepanjang 2013

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah ekonom memperkirakan tren depresiasi rupiah berlanjut hingga akhir tahun dan menghasilkan angka rata-rata kurs sepanjang tahun Rp9.800-Rp9.900 per dolar AS.

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah ekonom memperkirakan tren depresiasi rupiah berlanjut hingga akhir tahun dan menghasilkan angka rata-rata kurs sepanjang tahun Rp9.800-Rp9.900 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah dalam asumsi APBN-P 2013 dipatok Rp9.600 per US$, sedangkan realisasi hingga semester I/2013 sudah mencapai Rp9.742 per dolar AS.

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk A. Prasetyantoko mengatakan rupiah akan sulit menguat jika melihat sisi fundamentalnya.

Kalaupun terjadi apresiasi, dia memperkirakan tidak akan jauh dari level Rp10.000 per dolar AS.

Pasalnya, neraca transaksi berjalan (current account) dalam posisi lemah menyusul defisit yang berlangsung selama enam kuartal, antara lain disumbang oleh defisit neraca perdagangan.

Pada saat yang sama, neraca modal (capital account) tak mampu menutup akibat pelarian modal keluar (capital outflow) menyusul sinyal The Federal Reserve yang akan mengurangi pelonggaran kuantitatif (quantitative easing).

Sekalipun The Fed batal memangkas stimulus moneter, penguatan rupiah hanya terjadi sementara karena tidak ada jaminan program quantitative easing akan berlanjut pada tahun depan.

Pada saat yang sama, investor merisaukan proyeksi pelambatan pertumbuhan akibat penurunan investasi dan ekspor karena pelemahan harga komoditas yang memberikan sentimen negatif pada rupiah.

“Kurs bisa Rp9.800-Rp9.900 per dolar AS sampai akhir tahun. Memang berat,” katanya, Jumat (19/7/2013).

Menurutnya, neraca perdagangan saat ini menjadi kunci untuk mendongkrak rupiah. Sepanjang balance of trade menunjukkan defisit tipis, bahkan surplus, rupiah dapat terapresiasi.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih berpendapat ekspektasi inflasi yang tinggi pascakenaikan harga BBM bersubsidi semakin memberikan sentimen negatif terhadap rupiah.

Puncak inflasi diprediksi hanya terjadi selama Juli-September, tetapi jika pada bulan berikutnya pemerintah tak mampu mengendalikan harga, rupiah dapat tertekan hingga akhir tahun.

Kombinasi kekhawatiran pada neraca modal, neraca transaksi berjalan dan ekspektasi inflasi menjadikan sentimen positif terhadap rupiah kian minim. “Kalau bisa Rp9.800 per US$ pada akhir tahun, sudah bagus sekali,” ujarnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper