Bisnis.com, JAKARTA--Meski permintaan semen di luar Pulau Jawa sudah cukup membaik pada Juni ini, pelaku bisnis semen mengaku kondisi industri masih memprihatinkan.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan realisasi konsumsi semen sepanjang semester I tahun ini mencapai 27,86 juta ton atau naik tipis 7,11% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 26,01 juta ton.
“Untuk realisasi semester 1 tahun ini masih memprihatinkan, semester 1 tahun lalu tumbuh hampir 15%, sekarang tidak sampai 7,5%,” kata Widodo saat dihubungi Bisnis, Kamis (11/7).
Namun, lanjut Widodo, pada Juni terlihat pergerakan yang cukup baik dari permintaan di luar Pulau Jawa. Bila pada Mei hampir sebagian besar permintaan di luar Pulau Jawa menurun, pada Juni hampir semuanya meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Misalnya, untuk daerah Sumatera naik 13%, Kalimantan naik 18%, Indonesia Timur 15%. “Hanya Nusa Tenggara saja yang turun 10%, karena banyak stok,” tambahnya.
Sementara pada Mei lalu, konsumsi semen di Sumatera menurun 3%, Kalimantan menurun 7%, dan Indonesia Timur (Maluku dan Papua) menurun 9%, sedangkan Sulawesi tidak ada pertumbuhan atau penurunan
Dari pertumbuhan semester 1 yang mencapai 7,11%, konsumen semen di Pulau Jawa berkontribusi sebesar 5%.
“Pada Juni memang mulai membaik, ini kemungkinan karena proyek-proyek pemerintah sudah mulai berjalan sepertinya, ada pergerakan,” ujarnya. Menurutnya, sebagian besar penopang konsumsi semen di luar Pulau Jawa memang proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah.
Di sisi lain, lanjut Widodo, impor semen dalam negeri juga meningkat. Bila biasanya impor semen hanya sekitar 500.000 ton, saat ini mencapai 1 juta ton. “Ada kenaikan 500.000 ton.”