Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah mengkaji revisi target ekspor hasil perikanan di bawah target semula US$5 miliar lantaran anomali cuaca, kelesuan pasar, dan hambatan perdagangan dari negara importir.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengungkapkan gangguan ekspor a.l. berasal dari anomali cuaca. Hal tersebut berisiko mengganggu produksi sehingga hasil perikanan tangkap dan perikanan budidaya tidak optimal.
Sharif mengakui hambatan perdagangan dari negara importir juga berisiko mengganggu pencapaian target ekspor hasil perikanan.
Pada 2013, ekspor produk udang Indonesia terhambat oleh tudingan subsidi dan dumping dari importir Amerika Serikat. Sementara itu pemerintah Federasi Rusia menerapkan pembatasan impor sementara terhadap produk perikanan asal Indonesia.
"Nah, kita harus analisa lagi karena China dan AS menurunkan konsumsinya. China, misalnya, pemerintahannya sekarang melarang pejabat makan seafood yang mewah," ujarnya, Rabu (10/7/2013).
Hal tersebut berisiko menurunkan nilai ekspor produk perikanan Indonesia yang bernilai jual tinggi. Namun Sharif optimistis volume konsumsinya tetap meningkat. "Angkanya sama tetapi kualitas produknya diturunkan. Ini yang sedang kita hitung kembali," kata Sharif.
Di sisi lain, Sharif optimistis peluang peningkatan ekspor hasil perikanan tetap terbuka. Salah satu peluang, lanjutnya, aturan Uni Eropa yang melarang penangkapan produk perikanan di perairan Benua Biru itu.
"Eropa itu 100% impor produk perikanannya, itu opportunity bagi kita untuk menambah volume ekspor," tuturnya.
Dalam 3 tahun terakhir, realisasi ekspor hasil perikanan Indonesia terus meningkat. Pada 2010 nilainya mencapai US$2,86 miliar, naik menjadi US$3,52 miliar pada 2011 dan US$3,85 miliar pada 2012.
Komoditas udang merupakan penyumbang terbesar ekspor produk perikanan, yakni sebesar 40%. Sementara peringkat kedua diduduki oleh komoditi tuna,tongkol, cakalang (TTC) sebesar 12% dari total keseluruhan ekspor.
Thomas Darmawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), menilai ekspor perikanan dapat meningkat pada tahun ini. Utamanya dikatrol oleh naiknya harga jual ikan tuna dan volume ekspor kepiting.
"Tuna harganya tinggi sekali jadi ekspor bisa terkatrol. Kalau udang volumenya meningkat sedikit, tetapi nilainya cenderung sama. Sedangkan ikan volume turun, nilai turun," tuturnya.