Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bumi Makmur dan Hanking Patungan Bangun Smelter Nikel

BISNIS.COM, JAKARTA- Perusahaan tambang nikel Bumi Makmur Selaras Group Indonesia membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan asal China, yakni Hanking Group Ltd untuk membangun pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel menjadi feronikel dengan investasi

BISNIS.COM, JAKARTA- Perusahaan tambang nikel Bumi Makmur Selaras Group Indonesia membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan asal China, yakni Hanking Group Ltd untuk membangun pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel menjadi feronikel dengan investasi US$500 juta.

Presiden Direktur BMS Group Indonesia Tadjudin Hidajat mengatakan perusahaan patungan yang bernama BMS Hanking itu akan membangun smelter nikel di wilayah Sulawesi Tenggara. Direncanakan, smelter bisa mulai berproduksi pada Mei 2014.

Adapun untuk tahap awal, produksi nikel diperkirakan sekitar 20.000 ton per tahun. Namun, kapasitas produksi bisa ditingkatkan mencapai 60.000 ton per tahun. “Pada Mei 2014 itu baru sekitar 20.000 ton per tahun,” kata Tadjudin usai bertatap muka dengan Menteri Perindustrian M.S Hidayat di kantor Kemenperin, Jumat (5/7/2013).

Menurut Tadjudin, pembangunan smelter tersebut dibangun di atas lahan seluas 13 km persegi. Saat ini, konstruksi sudah dimulai dan pihaknya sudah mengucurkan dana sekitar US$150 juta. Nantinya, investasi sebesar US$500 juta itu juga termasuk untuk pembangunan power plant.

Kemudian, untuk tahap awal, hasil produksi akan diekspor. Namun ke depannya, pihaknya berencana memproduksi baja yang akan diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri.

“Kami melihat sektor baja dalam negeri masih lemah, hanya PT Krakatau Steel saja yang menghasilkan banyak, sisanya impor. Kami melihat market masih terbuka,” tambahnya.

Tadjudin mengatakan, Hanking sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Ke depannya, perusahaan group raksasa tersebut berencana membangun kawasan industri terpadu dengan membangun pabrik tenaga listrik, perusahaan semen, dan baja.

“Kami sangat mengharapkan bisa investasi, Pak Menteri (MS Hidayat) sudah bilang akan menciptakan iklim yang kondusif.”

Selain itu, dengan alasan komitmen investasi yang cukup besar serta berada di kawasan Indonesia Timur, pihaknya juga berencana mengajukan permintaan insentif. Namun sayang, pihaknya belum mau membocorkan bentuk insentif yang akan diminta. 

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan banyaknya investor yang membangun smelter di Indonesia menandakan berjalannya kebijakan hilirisasi mineral guna meningkatkan nilai tambah Indonesia.

Mengenai Hanking BMS, Panggah mengatakan perusahaan patungan tersebut akan turut mendorong industri baja dalam negeri. “Pasalnya, dia ke depannya akan produksi baja. Indonesia kan masih banyak impor,” ujarnya.

Sebelumnya, lanjut Panggah, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, perusahaan patungan antara China Hongqiao Group Ltd dengan PT Harita Jayaraya juga menyatakan siap membangun smelter untuk mengolah bauksit menjadi alumina dengan investasi sekitar US$1 miliar. “Lumayan yah kalau untuk hilirisasi logam.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper