BISNIS.COM, JAKARTA—Pemerintah diharapkan lebih mengoptimalkan sosialisasi kenaikan harga BBM bersubsidi melalui media sosial di samping menggunakan media yang terintergasi.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb mengatakan selain lebih murah, sosialisasi melalui media digital ini memungkinkan terciptanya interaksi dengan masyarakat.
“Inti dari sosialisasi ini adalah mempengaruhi masyarakat melalui penjelasan secara lebih lengkap. Masyarakat juga menginginkan adanya manfaat yang akan mereka peroleh dari penaikan ini,” kata Harris saat dihubungi Bisnis, Senin (24/6/2013).
Dia menambahkan sosialisasi ini akan lebih lengkap apabila pemerintah menyediakan saluran untuk berinteraksi sehingga masyarakat bisa memperoleh gambaran yang jelas. Terlebih, pihak yang melakukan protes sebagian besar adalah generasi muda sehingga sosialisasi melalui media ini sangat tepat.
Menurutnya, kebijakan pemerintah seharusnya diikuti dengan adanya dialog dengan masyarakat, tidak hanya mengandalkan iklan yang bersifat satu arah. Era digital saat ini dinilai memudahkan dalam hal sosialisasi.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga harus menyebarkan informasi ini melalui saluran sesuai karakteristik wilayah. Bila perlu pemerintah bisa membuat leaflet untuk daerah pelosok.
Berdasarkan data Nielsen nilai iklan sosialisasi BBM bersubsidi oleh pemerintah melalui televisi hanya sebesar Rp5,36 miliar. Besaran nilai ini hanya mengambil dari penayangan iklan periode 7-16 Juni 2013.
Harris menuturkan sosialisasi melalui televisi ini dinilai sudah tepat karena piranti tersebut lebih mudah diakses oleh mayoritas masyarakat. Selama ini pemerintah menggunakan media televisi, cetak, dan radio sebagai saluran sosialisasi.