BISNIS.COM, JAKARTA—Perusahaan makanan dan minuman (mamin) mengharapkan pemerintah mampu menjaga stabilitas rupiah dan memperhatikan masalah transportasi untuk menjaga harga produk agar tetap terjangkau.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah ini berpengaruh pada harga bahan baku dan kemasan.
“Sebagian besar bahan baku dan kemasan kami masih impor, sehingga kestabilan rupiah lebih penting dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Kami berharap pemerintah mampu menjaga kestabilan rupiah hingga September,” kata Franky kepada wartawan, Senin (24/6/2013).
Akan tetapi, dalam bertransaksi Gapmmi sudah menggunakan asumsi kurs rupiah di level Rp10.000 untuk toleransi. Ini untuk menghindari perubahan harga apabila terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah sewaktu-waktu.
Dia menambahkan masalah transportasi juga menjadi kendala disaat kegiatan distribusi berada dalam intensitas yang tinggi. Sebagian anggota Gapmmi sudah mendapatkan informasi bahwa biaya transportasi akan mengalami kenaikan hingga 30%.
Franky menuturkan penaikan BBM bersubsidi ini tidak menjadi masalah apabila pemerintah segera memperbaiki infrastruktur. Biaya logistik bahkan bisa diturunkan jika arus distribusi lancar.
“Upaya penstabilan rupiah dan perbaikan infrastruktur ini bertujuan untuk menciptakan harga yang terjangkau bagi konsumen,” ungkapnya.