BISNIS.COM, JAKARTA--Ketua Asosiasi Logistik Zaldy mengatakan rencana kenaikan BBM akan diikuti dengan inflasi dan sejumlah permasalahan infrastruktur di Indonesia dapat menyebabkan biaya logistik meningkat hingga 15%.
Menurutnya, penaikan biaya logistik 15% karena ongkos transportasi akan naik bila solar jadi dinaikan pemerintah dari Rp4.500 per liter menjadi Rp5.500 per liter.
Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500 per liter memberikan dampak langsung pada biaya logistik karena komponen biaya transportasi memberikan kontribusi pada total biaya logistik sekitar 60%.
Dia juga menilai sejak 3 tahun lalu pihak pelaku usaha angkutan truk logistik (transporter) tidak menaikan biaya transportasi pada konsumen dan menyebabkan keuntungan pengusaha truk berkurang.
"Momen kenaikan BBM kali ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan transportasi untuk menaikkan biaya transportasi lebih besar dari 15% untuk menutupi biaya inefisiensi yang terjadi 3 tahun terakhir akibat pemerintah lalai memperbaiki infrastruktur logistik dan kemacetan yang bertambah parah," katanya kepada Bisnis, Rabu (19/6/2013).
Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa mencegah kenaikan biaya transportasi dan logistik yang disebabkan meningkatknya biaya BBM.
Zaldy menambahkan pemerintah perlu melakukan beberapa hal seprti memfokuskan pembangunan infrastruktur logistik maritim karena angkutan laut tidak menggunakan BBM subsidi.
Dia menyarankan pemerintah agar menyelesaikan masalah BBM subsidi secara permanen karena selama ini jadwal kenaikan BBM tidak segera diputuskan dan mengakibatkan ketidakpastian pada biaya logistik .
"Sebenarnya BBM subsidi secara jangka panjang akan membuat biaya logistik makin tinggi karena logistik menjadi tidak efisien dengan solar yang murah. Apalagi BBM subsidi sangat mudah menjadi barang langka sehingga menjadikan biaya angkutan menjadi tinggi," jelasnya.