BISNIS.COM, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sedang mempersiapkan realisasi Fast Track Program I 10.000 MW di Sumatera untuk tahun ini.
Bulan depan terdapat salah satu perusahaan konsorsium pemasok batu bara pemegang letter of intent (LOI) pemenang tender yang akan menandatangani program perjanjian jual beli batu bara (PJBB), 3 bulan sebelum proses produksi.
Kepala Divisi Batu Bara PLN Hilmi Nazamuddin mengatakan proses tanda tangan tersebut merupakan lanjutan dari pemenang lelang yang dilakukan pada 2009 lalu yaitu PT Batara Batari Sinergi Nusantara dengan PT Energi Batubara Lestari.
“Bulan depan merupakan kontrak pertama. Status mereka akan menjadi PJBB, sehingga 3 bulan kemudian mereka sudah bisa memasok batu bara ke PLTU,” katanya di Jakarta, Kamis (13/6/2013).
Tahun ini, PLTU yang akan dipasok batu bara oleh perusahaan konsorsium tersebut adalah PLTU Nagan Raya di Nanggroe Aceh Darussalam dan PLTU Teluk Siri di Padang. Kontrak antara perseroan dan perusahaan tersebut terikat untuk 20 tahun mendatang.
Sedangkan untuk tahun depan, surat kesepakatan yang akan ditingkatkan menjadi PJBB adalah untuk PLTU Pangkalan Susu di Sumatera Utara dan PLTU Bangka Belitung 4. Untuk PLTU yang ada di Jawa, yang sedang dalam tahap commisioning atau dalam tahap uji coba pada awal Juli ini adalah PLTU Pelabuhan Ratu di Pacitan, Jawa Timur.
Batu bara menjadi andalan perseroan untuk meningkatkan kapasitas listrik yang tiap tahun selalu tumbuh 9%-10%. Dalam perhitungan PLN, penggunaan energi fosil alternatif dari bahan bakar minyak ini dapat menghemat pengeluaran hingga Rp1.750 per kilo Watt jam (kWh).
PLN hanya mengeluarkan Rp350 per kWh jika menggunakan batu bara dibandingkan dengan pengeluarkan jika menggunakan BBM yang bisa mencapai Rp2.080 per kWh.
Volume untuk batu bara pada PLTU akan berbeda-beda. Hilmi mengatakan, pihaknya akan mengundang pemasok dan mengadakan rapat koordinasi setiap bulan untuk membahas volume.
Kebutuhan elektrifikasi per 1.000 MW memerlukan batu bara sebanyak 4 juta ton per tahun. Hal ini berarti, setiap tahun pertambahan penggunaan batu bara dapat mencapai 28 juta ton. Penggunaan ini juga termasuk dalam rencana peningkatan program percepatan kedua yang akan ditingkatkan oleh persero sebesar 7.000 Mega Watt (MW).